Mohon tunggu...
Putra Rizki Pratama
Putra Rizki Pratama Mohon Tunggu... -

seorang pemuda yang masih menyandang label Mahasiswa. Aktif dibeberapa organisasi kepemudaan, dan seorang bloger.\r\nhttp://pemudabaroe.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dosen Saya "Parah"

22 Januari 2014   16:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ini cerita ku saat berhadapan dengan seorang dosen yang penuh kepongahan. Dalam proses belajar mengajar khsusunya di dunia kampus tentunya sosok dosen dan mahasiswa tak dapat dipisahkan. Nah kali ini aku berada dalam posisi menjadi seorang mahasiswa, dan sebut saja Bunga menjadi dosen.

Bu bunga ini adalah salah satu pengasuh mata kuliah tergolong wajib dikampus ku. Jadi suka tidak suka, rela atau tidak maka kami harus mengambil mata kuliah tsb jika ingin "masa hidup" kami berlangsung damai dikampus. Hahaahahha (lumayan angker sih)
Sorry buk, ini ga maksud jelek2in loh. Cuma mau berbagi kisah agar jadi pelajaran tuk yg lain. Lagipula saya juga dah lulus mata kuliah tu jd ga takut lagi, hahahahaha (tertawa sinis)
Tepatnya ini trjadi saat proses midterm. Seperti biasa suasana midterm pasti dimulai dengan proses pembagian soal dan dilumuri sedikit "ocehan" dosen ttg aturan2 yg membuat kami dlm drama anak2. Ga boeh ini, ga boleh itu. Klo liat kiri-kanan dipalang, ribut dikeluarin,dan bla bla bla en bla bla.

Yakinlah, ocehan ni menjadi salah satu "dosa" dosen yg menyebabkan mahasiswa sprti saya kehilangan kesmpatan meraih nilai tinggi. Karena apa, smua pelajaran yg sdah dipelajari akhirnya diserang dgn ocehan2 yang bersifat "suci" ini. Hahahhha
Singkat cerita, maka mulailah saya bertaaruf dgn si soal2 yg tak jauh dr angka-angka, maklum saya kan mahasiswa eksata. Kata orang mahasiswa eksata tu keren, sukses dan asiiik orangnya.Kembali ke proses ta'aruf saya dgn si soal ini. Proses kami mengalami kecocokan dan akhirnya berlanjut ke proses selanjutnya yaitu proses pencocokan karakter (rumus-red). Mulailah saya mencoret-coret dilembaran coret2 (mank disediakan). Nah disinilah malapetaka itu muncul, dan proses taaruf saya pun akhirnya terecoki oleh kehadiran pihak ketiga yang kalian sudah bisa menebak kan. Ya, siapalagi klo bukan dosen yg kita sebut bu Bunga.
Dengan gaya hebatnya, dia mengitari ruangan kelas sembari celingak-celinguk ke arah kertas jawaban para mahasiswa nya. Ntah angin apa yg membuat dy harus berhenti tepat disamping saya.
Dengan gagah tapi lembut loh, beliau bertanya " kenapa belum dijawab juga (patokan lmbar jawaban), ini kan sdah 15mnit" belum sempat saya jawab, lantas dgn nada yg lbih tegas dan keras dia berkata "soal gini aja kamu ga bisa jawab, Bodoh kali kamu ini. Apa juga msuk teknik".
Dum, macam disambar petir. Scepat kilat pula saya meruba status dy dr seorang dosen mnjdi tak lebih dr nenek lampir. Krna perkataan itu, kontan saja membuat saya naik spanning dan membalas serangan kata2 beracunnya tnpa tunggu komando "maaf buk, saya bkn ga bisa. Tp saya ge nyari2 dikertas coret2 (sambil nunjukin kertas coret2nya)" ntah dia sadar ato pura2 jd "dewi" durjana kembali mngeluarkan kata "alasan aja, sudah kerjain trus. Bodoh kali tu aja ga bisa". Lagi2 membuat tensi darah saya kambuh tingginya. Dan saya membalas serangannya "maaf buk, saya bukan bodoh. Tapi belum bisa. Klo saya pintar maka bukan ibu yg ngajarin saya. Ibu yg duduk disini dan saya yg berdiri dstu tuk ngajarin ibu".
Dengan wajah kaget dan keliatan marah, akhirnya dia meninggalkn saya menuju ke meja nya tuk duduk. Ya berhubung saya jg sdah kepalang marah dan tanggung klo ga dilanjutin. Maka lembar jawaban td saya biarka  kosong dan memberikan anugrah sbuah lmbar coret2 yg berisi jawaban saya td kpd kawan2 lain.
Alhasil, waktu pun habis. Dan smua mahasiswa mengumpulkan lembaran jawabannya. Tidak terkecuali saya, dgn perlahan saya dekati meja sang dosen dan si dosen pun melihat saya dgn gaya kurang nyaman. Dan "Dum" saya letakkan lmbar jawaban saya dmeja. Sekilas trlukis senyum diwajah sang dosen (ntah mikir apa si kawan tu) namun tdk bertahan lama tiba2 wajah tu keliatan bngung sambil bertanya "knpa kosong, mana jawabannya?" Dan dgn entengnya saya jawab "td ibu bilang saya bodoh. Jd tolong ibu isikan bntar ya buk !"
Maka berlalu lah saya meninggalkan sang dosen.
#Pesan nya adalah jadilah pengajar yang mengajar dengan hati. Jangan memposisikan diri sebagai penjajah yg menjajah kesempatan orang lain menimba ilmu.
Ya ini adalah sdikit kisah saya.Silahkan ceritakan kisahmu.
Kepanjangan, sorry bro/sis soalnya klo kependekan ntar ga ngerti endingnya gmn. Hehehe
Tapi sekarang, saya dan dosen tu dah jadi prend koq. Krna tak ada dendam dan dusta diantara kami. Ecek2 ala sinetron FTV gitu,wkwkwkwk
Selamat malam dan selamat bermimpi buruk. Hahahaha
*kisah terjadi pd smster awal
By Putra Rizki Pratama
Dibilik tak termenung ;)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun