Mohon tunggu...
Putra Pamungkas
Putra Pamungkas Mohon Tunggu... Atlet - Mahasiswa

Mahasiswa UIN WALISONGO

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tingginya Tingkat Pendidikan Berdampak terhadap Lingkungan

7 April 2020   07:31 Diperbarui: 7 April 2020   07:38 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wallpaperaccess.com

Lingkungan merupakan tempat dimana terjadinya siklus kehidupan makhluk hidup didalamnya. Makhluk hidup tersebut ditopang dengan adanya sumber daya alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Manusia menjadi spesies makhluk hidup terkecil di bumi, karena sangat menggantungkan sumber daya alam ini, dibandingkan dengan spesies lainnya. 

Tetapi dengan kenyataan ini, tidak sepenenuhnya menyadarkan manusia bahwa sumber daya yang ada di bumi sudah mulai habis dan rusak karena eksploitasi besar-besaran. Meskipun, memang lingkungan alam memiliki daya tahan dan daya tampung yang dapat menopang kerusakan yang ada, tetapi lambat laun juga akan mengalami degradasi lingkungan yang sangat merugikan bagi khusunya umat manusia itu sendiri.

Setiap tahunnya, bumi dapat diprediksi terjadi bencana di berbagai daerah, dan bencana-bencana tersebut biasanya terjadi karena perbuatan manusia itu sendiri, contohnya bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan lainya. Imbas dari fenemona tersebut tentunya akan sangat merugikan manusia itu senditi, karena dapat menyebabkan korban jiwa dan korban materiil.

Ditambah lagi dengan kerusakan udara yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.. Dengan mengatasnamakan teknologi, manusia menggunakan alat yang tentunya memiliki manfaat yang besar untuk menciptakan kemajuan. Tanpa melihat dampak yang ditimbulkan, manusia telah merusak kualitas udara bumi dengan asap-asap yang dihasilkan oleh mesin-mesin modern tersebut. Kemudian dengan dampak polusi yang dihasilkan oleh pembakaran fosil tersebut akan semakin menyulitkan alam ini untuk menampung kerusakan-kerusakan yang ada.

Tidak hanya udara yang dapat tercemari dengan banyaknya asap yang ada, banyak elemen-elemen alam yang ikut serta terkena dampak dari polusi yang ada. Lapisan tanah dan kualitas air juga dapat tercemari oleh asap tersebut. Sistem pernapasan manusiapun juga akan terkena dampak buruk dengan banyaknya polusi yang mengandung zat-zat karbondioksida di bumi ini.

Semua hal itu tidak dapat dilepaskan begitu saja karena teknologi  seperti, kendaran bermotor dan mesin produksi memang dirancang dalam proses membantu produksi barang dan jasa pada era kapitalisasi yang sangat mengedepankan kuantitas dan kualitas. Penggunaan bahan bakar fosil ini, banyak digunakan oleh manusia modern saat ini, karena harga yang terjangkau dibandingkan dengan hasil bumi lainnya, seperti batu bara. Padahal mereka tahu bahwasannya dampak dari asap-asap mesin tersebut akan merusak bumi.

Hal ini memberikan sebuah asumsi bahwa sebenarnya, tingkat pendidikan yang  tinggi membuat bumi ini semakin rusak. Dengan sifat hedonisme dan perilaku konsumsi yang tinggi, banyak sampah-sampah yang sulit terurai oleh tanah dan justru merusak lapisan tanah yang ada. 

Ditambah lagi sifat manusia yang senantiasa berlomba-lomba untuk menunjukkan strata sosialnya, dengan simbol kepemilikan kendaraan bermotor dan tempat tinggal yang megah. Karena itu banyak daerah resapan air dan lingkungan hijau yang tergantikan untuk pelebaran jalan, pembangunan perumahan, dan gedung bertingkat.

Memang di era kapitalis seperti ini, tidak dapat kita tinggalkan perubahan teknologi yang ada, tetapi bagaimana cara kita untuk mengupayakan agar bumi yang ditinggali ratusan milyar manusia dapat menanggung beban kerusakan-kerusakan lebih lama. Manusialah yang memiliki tanggung jawab dan peran sentral pada fenomena seperti ini. Tetap menjaga keasrian lingkungan yang ada dan tidak melakukan hal ekstrim yang kemudian dapat merusak lingkungan (bumi) lebih parah. Mari sisihkan sebagian bumi ini untuk lingkungan, karena siapa lagi kalau bukan kita yang menjaga dan memperhatikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun