Di tengah terhentinya turnamen sepakbola akibat Pandemi Covid-19 saat ini, jagat sepakbola dihebohkan oleh wacana akuisi salah satu klub Liga Primer Inggirs yaitu Newcastle United Oleh Pangeran Arab Saudi, Mohammed Bin Salman dengan mahar sebesar 300 juta Poundsterling.Â
Sebelum Newcastle United, sudah banyak terjadi proyek-proyek dengan dana besar seperti ini ,ada yang berhasil, namun tidak sedikit pula yang mengalami kegagalan.
Dana segar tentunya menjadi kelebihan bagi suatu klub untuk mencapai kesuksesan, dengan suntikan dana ini, klub dapat leluasa dalam bursa transfer ,sementara tawaran gaji yang tinggi dapat menjadi daya tarik bagi pemain untuk berlabuh di klub tersebut.
Sebut saja nama-nama klub seperti Manchester City yang sejak diakuisisi oleh Sheikh Mansour berhasil bersaing di papan atas Liga Primer Inggris, bahkan menjuarainya, kucuran dana yang melimpah membuat Manchester City dapat belanja pemain hebat di setiap bursa transfer.Â
Suntikan dana segar juga berhasil membuat Paris Saint-Germain (PSG) meruntuhkan dominasi Lyon yang menjuarai Ligue 1 sebanyak 7 kali berturut-turut, serupa dengan Manchester City, suntikan dana dari Qatar Sport Investment (QSI) memuluskan jalan PSG untuk membeli pemain di bursa transfer.
Mungkin kesuksesan instant seperti ini juga diharapkan dapat terjadi di Newcastle United setelah diakuisisi nanti. Namun, bukan bermaksud merendahkan Newcastle United, atau mematahkan semangat para fans karbitan yang sebentar lagi menjadi fans baru The Magpies, pada kenyataannya, tidak semua klub yang mendapat kucuran dana melimpah mampu bertahan lama dalam persaingan klub elit, bahkan terdapat klub dengan dana besar justru mengalami kegagalan tanpa pernah merasakan gelar juara.
Kejayaan dan kejatuhan Parma FC mungkin bisa dijadikan pembelajaran pertama bagi Newcastle United, klub ini meraih masa kejayaannya setelah dibeli oleh perusahaan Parmalat yang merupakan sponsor dan pemiliki Parma FC pada 1991.Â
Berkat dana dari Parmalat, Parma berhasil membawa nama-nama besar seperti Gianfranco Zola, Fabio Cannavaro, Hernan Crespo, Enrico Chiesa, Juan Sebastian Veron, Lilian Thuram, hingga Hristo Stoichkov berlabuh di Stadion Ennio Tardini. Parma FC menjadi klub yang diperhitungkan di Italia dan Eropa dengan tiga kali juara Coppa Italia dan dua kali juara Piala UEFA.Â
Namun, Parmalat mengalami kebangkrutan pada tahun 2003 dan dinyatakan bahwa Parmalat memanipulasi neraca keuangannya dengan tidak melaporkan nominal utang yang sangat besar.Â
Pemilik Parma dan Parmalat, Calisto Tanzi dipenjara dan dijerat dengan pasal penipuan, pencucian uang, dan penggelapan pajak, hal ini juga berdampak pada Parma FC yang kehilangan suntikan dana dan harus diambil alih oleh pemerintah.Â
Setelah kejatuhan ini dan diambil alih pemerintah, Parma beberapa kali berganti kepemilikan dan naik-turun kasta kompetisi, hingga pada 2015, Parma dinyatakan bangkrut dan degradasi ke kasta keempat dalam piramida sepakbola Italia. Baru pada musim 2018-2019 Parma dapat kembali ke Serie A, dengan manajemen baru dan bebas dari utang.