Mohon tunggu...
Abu Masroor
Abu Masroor Mohon Tunggu...

please remember us in your precious prayers

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

“Ladies First” Versi Rasulullah SAW

13 Juli 2013   07:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:37 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Ladies First! Ladies First!” Kata-kata itu terdengar lumrah. Biasa kita temukan dimana-mana, terutama dalam suatu kepadatan manusia. Ketika turun dari Busway, Kereta Api, Bis dan tempat keramaian lain yang menuntut suatu antrian. Kata-kata itu sebagai sebuah “alarm” supaya maskulin lebih mengutamakan feminin dalam kondisi seperti itu.

Konon, istilah “Ladies First” berawal dari Barat. Pesannya adalah dalam kehidupan sehari-hari, mereka sangat menghargai kehormatan kaum hawa. Meski, banyak juga versi yang bisa kita temukan mengenai sejarah awal mula “Ladies First” di internet yang terkadang membuat kita merinding ketika membacanya, wallaahu a’lam.

Coba kita berandai-andai sedikit. Jika seandainya terjadi kebakaran di sebuah bioskop yang dipenuhi oleh kerumunan manusia, ketika orang-orang tengah berhamburan, apakah kita akan mendengarkan seruan serupa dari kaum adam, “Ladies First! Ladies first!”? Jika seandainya terjadi keributan ketika berlangsung konser musik, lalu para penonton berhamburan dengan paniknya, apakah akan terdengar teriakkan, “Ladies First! Ladies First!”, dari kaum adam?

Dengan sangat disesalkan, saya jawab, “Biasanya tidak”. Dari itu kita bisa menggambarkan, sampai batas mana ungkapan “Ladies First” diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak diragukan lagi bahwa mengutamakan perempuan dalam suatu antrian di bis atau keramaian lainnya merupakan perilaku yang baik. Akan tetapi, disini saya ingin berbagi bagaimana standar “Ladies First” yang dicontohkan oleh Hadhrat Muhammad Mustafa, Rasulullah SAW yang darinya akan tergambar praktek “Ladies First” dalam makna yang seutuhnya. Mari, saya ajak anda terbang ke masa 14 abad yang lalu.

Diriwayatkan oleh Hadhrat Anas Bin Malik: Saat itu kami tengah dalam perjalanan pulang dari suatu tempat bersama dengan Yang mulia Hadhrat Muhammad Mustafa SAW, Rasulullah SAW mengendarai unta dan duduk dibelakang beliau SAW, istri beliau, Hadhrat Safiyah ra. Tiba-tiba unta yang ditumpangi mereka berdua keseleo dan terjatuh yang menyebabkan beliau berdua terjatuh ke tanah. Saat itu juga ada seorang sahabat lainnya yang ikut serta dalam perjalanan itu bernama Hadhrat Abu Talha ra. Melihat kejadian itu, Hadhrat Abu Talha bergegas lompat dari untanya lalu menghampiri Rasulullah SAW untuk menolong dan berkata: “Ya Rasulullah! Aku rela berkorban demi tuan, semoga Tuhan mengorbankanku demi tuan.” Tapi justru Rasulullah SAW bersabda: “Alaika bil mar’ati”, yang artinya “engkau harus segera menolong wanita itu!”

Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah tidak lantas mengutamakan kepentingan pribadinya tapi justru memerintahkan Hadhrat Abu Talha ra untuk segera menolong perempuan itu daripada dirinya sendiri. Dalam kesempatan itu juga, Rasulullah SAW tidak bersabda: “Segera tolonglah istri saya!” atau “Tolonglah Safiyah!”, tetapi beliau menggunakan kata yang umum, yakni: “Tolonglah wanita itu terlebih dahulu!”

Dari riwayat ini kita bisa mengetahui bahwa yang ingin ditekankan oleh Rasulullah SAW bukanlah secara khusus tertuju kepada istri beliau, tetapi kaum hawa secara umum, karena beliau menggunakan kata “wanita”. Inilah salah satu contoh semangat dari “Ladies First”. Ketika kaum adam dan kaum hawa dihadapkan dalam kondisi yang sangat sulit, dalam waktu bersamaan, maka sepatutnyalah kaum adam lebih mengutamakan kaum hawa, sekalipun nyawa yang menjadi taruhannya.

Jadi perbandingannya adalah konsep Barat memiliki suatu limit kekuatan dalam amalan “Ladies First”-nya ketika terjadi benturan antara kepentingan umum dengan kepentingan pribadi di saat yang bersamaan. Sementara konsep yang Rasulullah SAW amalkan adalah dalam kondisi apapun, “Ladies” tetap “First”. Sungguh jauh berbeda.

Oleh karena itu, jangan dulu takjub atas konsep “Ladies First” versi Barat. Tetapi banggalah bahwa kita memiliki konsep “Ladies First” yang lebih utuh dan nyata versi junjunan kita, Hadhrat Muhammad Mustafa, Rasulullah SAW. Tinggal, apakah konsep itu mau menjadi wacana yang tidak ada titik temunya? Atau, amalkan!

I LOVE MUHAMMAD SAW

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun