Mohon tunggu...
Putra Alam
Putra Alam Mohon Tunggu... lainnya -

Putra Alam bukan seorang Raja, ataupun anak seorang Panglima. Putra Alam, hanya segores kata, yang bercita-cita menembus dunia.\r\n\r\nInilah aku, Putra Alam! Putra Ayahku, darah Ibuku! Dan mimpi menjadi sebuah harapanku.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Open Mic Stand Up Comedy

14 April 2012   18:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:36 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Open Mic Stand Up Comedy

Putra Alam

Halo… Selamat siang, Cendolers…

(ngedarin pandangan ke semua hadirin) Sorry gue telat open mic, biasa Prancis lagi macet. Oke, sebelum gue open mic, gue mau ngenalin diri dulu sama lo pada.

Gue, Putra Alam. Dan gue penulis.

Siang ini, gue lagi duduk sama ayam gue dengan keadaan galau. Sesuatu yang nggak e

Mungkin dari kalian bertanya, ngapain sore-sore gini di kandang ayam? Kalo di antara kalian ada yang berpikir, gue mau nyolong ayam, lo salah besar, Man. Secara, ini kan juga belum malam kale. Justru gue sengaja nyamperin Julkipli----ayam gue----besok doski mau dijual sama Nyokap. Yah, anggap aja petang menjelang malam ini, terakhir gue sama Julkipli.

Sebenernya gue galau juga sih, ketika nyokap mutusin mau ngejual Julkipli. Secara, gue sama Julkipli udah sehati. Ibarat orang pacaraan, gue cinta mati sama Julkipli. Eit! Tapi lo jangan salah presepsi, gue cowok normal, dan Julkipli juga jago normal. Meski sehati gue sama Julkipli bukan hombreng seperti apa yang kalian pikirin. Iya, kan? Iya, kan? Noh, yang paling pajok akhirnya ketawa juga ngakuin kalo punya pikirannya bisa gue tebak.

Ehm… sebenernya peliaran gue bukan cuman Julkipli doang, Hm, di antaranya gue punya peliaran kucing. Namanya Tina (bukan nama samaran). Kebetulan dua bulan yang lalu Tina ngelahirin dua anaknya yang unyu banget. Yah, kalo gue perhatiin mukanya mirip-mirip kucing gitu deh. Sebagai tuan yang baik, gue nunjukin sikap ke Tina yang udah resmi jadi mamah kucing itu. Waktu itu, tiap hari gue jengukin Tina yang belum begitu pulih pasca lahirannya. Maklum, Tina emang ngelahirin nggak normal alias cesar. Dan kata dokter, Tina emang kudu dapat perawatan intensif. Baik secara medis maupun spiritual. Selama berkunjung, gue bawain beberapa kebutuhan Tina: Buah-buahan, bunga, makanan, air mineral, tissue, susu, dan juga popok buat kedua anaknya itu. Hingga, saat kenjungan ke lima, Tina nanya sama gue (karena gue penulis, jadi rada-rada paham bahasa hewan) dengan suaranya yang masih lemah. Hm, kalo nggak salah percakapan gue sama Tina waktu itu kayak gini:

Hm, Tuan, saya galau nih,” kata Tina.

“Galau? Kenapa, Tin? Seharusnya kan kamu senang udah jadi Mamah,”

“Iya, tapi semalaman saya mikir anak itu mau dikasih nama apa?”

Gue berpikir, mencari nama buat anaknya Tina itu. Sambil nyilangin tangan di dada dan sedikit manggut-manggut gue sodorin beberapa nama: Clara, Agnes, Revelina, Mariam, Ayu Ting Ting, Gogon dan sederet nama artis yang nggak bisa gue sebutin satu-satu gue sayang ibu di sini. Tapi sayang… Tina geleng kepala sambil megangin infus di hidungnya.

“Gimana kalo Bawang Merah dan Bawang Putih?” usul Tina, waktu itu.

“Kenapa nama itu?” dahi gue berkerut.

“Iya, soalnya…,” Tina menguap, “tadi Bapaknya anak-anak sms, suruh kasih nama itu,” kata Tina sambil nutupin mulutnya pake tangan.

Nah, karena waktu itu gue heran dan campur nggak ngerti, akhirnya gue nanya lagi sama Tina: “Kok cuma sms, Tin. Kenapa nggak suruh telepon aja suamimu itu?”

Mungkin udah sebel sama gue karena banyak tanya, Tina pun melotot, ngasah kukunya di tabung oksigen, gigitin slang infus yang ada di tangannya. Setelah ritualnya selesai, dia bilang dengan mata yang melotot: “Lo bego! Gimana mau telepon, suami gue kan kucing! Lagian lo bego banget jadi orang, ngapain sih kucing lo ajak ngomong. Sarap lo!” kata Tina seraya ngebalikin badannya. Acuh, kayak ABG yang baru mutusin pacarnya.

Lo tahu apa yang terjadi setelah gue digetak Tina? Gue galauuu…!! Hati gue sakit! Jujur, baru kali itu gue dibilang bego, dan parahnya sama kucing gue sendiri. Seharusnya Tina itu punya perasaan! Jangan mentang-mentang kucing terus seenaknya sendiri ngatain gue bego! Sejak itu…! Gue benci sama Tina! Dia peliaran gue paling jahat, judes, ketus, emosional, nggak berpendidikan, nggak pernah naik kelas, sering eek waktu upacara, pokoknya nggak ada peliharaan gue yang sejahat dia. Lo tau…? Cuma Tina doang yang bilang gue bego. Peliharaan gue yang lain; cacing, buaya, kadal, bebek, burung, marmut, semua bilang gue itu idiot.

Ah! Gue galau dibilang bego!

Oke, terima kasih atas perhatiannya. Gue Putra Alam, dan selamat malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun