Mohon tunggu...
Putra Alam
Putra Alam Mohon Tunggu... lainnya -

Putra Alam bukan seorang Raja, ataupun anak seorang Panglima. Putra Alam, hanya segores kata, yang bercita-cita menembus dunia.\r\n\r\nInilah aku, Putra Alam! Putra Ayahku, darah Ibuku! Dan mimpi menjadi sebuah harapanku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kreasi Komedi dalam Misteri

1 April 2012   18:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:09 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Gue sering berpikir apa pocong itu benar-benar ada? Kalo ada di mana? Tapi kalo nggak ada kenapa banyak orang-orang pada ngeri kalo dengar kata itu? Bukannya gue nggak percaya dengan sesuatu yang berbau mistis dan dunia lain. Tapi yang gue sesalin, kenapa manusia ngelanggar kode etik dalam kehidupan antar alam.Seharusnya manusia sebagai mahluk pilihan Tuhan bisa lebih bijak lagi dalam memilih kreatifitasnya.

Kadang manusia emang keterlaluan. Mereka terlalu berani nerjang apa kesepakatan alam. Bahwa di alam yang nggak selebar tali kolor babe gue ini masih ada yang perlu dijaga dan dihormatin keberadaannya. Termasuk alam lain yang nggak bisa nampak oleh mata kasat manusia.

Tapi apa nyatanya, berbondong-bondong manusia nyiptain film dengan tokoh utama kaum lelembut; pocong, kuntilanak, gendoruwo, dan masih banyak sederatannama-nama lelembut yang nggak bisa gue sebutin satu persatu di sini. (serem, tau!).

Sebenernya kalo mau dipikir lagi, kenapa banyak orang yang membuat film tentang mereka---pocong dan bangsanya, itu karena manusia nggak mau rugi. Coba kalian pikir, mungkin nggak si produser film, setelah filmnya selesai dan meledak di pasaran, terus sekonyong-konyong produser itu bayar honor mereka? Gue rasa itu akan jadi lucu. Apalagi kalo dibayangin, bagian kru film nelpon mereka kemudian minta jadi tokoh utama sembari teken kontrak. Hehehehe… konyol, kan?

Tapi bukan itu permasalahannya yang perlu dijaga manusia---khususnya manusia perfilman hantu---sikap menjaga dan toleransi itu yang perlu ditunjukin. Udah bener belum cerita yang mereka tampilin di layar kaca atau layar lebar? Apa mereka benar-benar tahu kalo mereka emang seperti itu? Ya, gue sih kadang ngeliatnya ganjil aja. Bahkan setiap gue liat film misteri dahi gue jadi berkerut. Bukan karena serem tapi sebaliknya, konyol.

Gue pernah liat film tentang pocong. Inti dari film itu nyeritan beberapa anak muda yang tergila-gila sama cewek tapi nggak bisa dapetin cewek itu. Akhirnya pemuda itu nekat gali kuburan dan ngambil tali pocong yang diyakininya masih perawan. Gue heran, di film itu kok tali pocong itu bisa berfungsi? Sedangkan kata si Mamat, tetangga gue yang akhirnya ngikutin adegan di fim itu---gunain tali pocong buat ngeluluhin hati cewek-----sampe sekarang nggak laku-laku. Jangankan punya pacar, cewek aja nggak ada yang deket. Aneh, kan? Kenapa? Kenapa cerita yang selalu disuguhin ke masyarakat itu selalu kontras dengan kenyataan? Seharusnya manusia Indonesia lebih cerdas…

Ada lagi pikiran konyol gue ketika lihat film yang berbau misteri itu? Dan rata-rata—bahkan semua film misteri Indonesia, selalu nampakin vulgarisme-nya. Semua film mistri Indonesia kayak gitu, paha, dada, paha, dada, paha, dada, emang sebenarnya kita mau disuguhin apa sih? Horor apa honry?

Coba kita tengok dalam sebuah adegan film horor, terutama yang pakai tokoh pocong. Gue jadi ngakak ketika ngeliat ada pocong ngiler saat ngeliat manusia mandi. Itu sebenarnya pocong apa manusia? Setahu gue pocong nggak punya nafsu untuk urusan yang kayak gituan. Iya, kan? Kalo misal pocong punya nafsu, pasti udah ada pocong anak. Dan udah bukan rahasia lagi mahluk yang masih punya nafsu begituan dan bahkan mungkin mereka berumah tangga setahu gue itu cuma kunti. Makanya ada sebutan kuntianak. Nah, kalo ada kuntianak pasti ada kuntibapak, kuntiibu, kuntinenek, dan seterusnya.

Banyak kekonyolan-kekonyolan yang ada di film atau tayangan misteri Indonesia. Selain tokoh yang gue sorot, beberapa settingnya juga begitu kontras. Sebut saja film yang nyeritain sebuah kos, yang dalam film itu diceritain ada hantunya. Lo tahu kenapa gue bingung? Sumpah, Man! Kos-kosan itu kotor banget. Banyak debu dan sarang laba-labanya, tapi anehnya kos-kosan itu punya tukang kebun dan beberapa pembantu. Yang jadi pertanyaan gue, itu tukang kebun dan pembantu kerjaannya apa? Kenapa itu kos-kosan sampe kotor kayak gitu? Trus, kalo begitu buat apa ada pembantu dan tukang kebun segala? Wah, makan gaji buta tuh tukang kebun sama pembantu?

Itu belum seberapa, ada sebuah adegan yang nggak bisa gue lupain sama sekarang. Dalam film itu diceritain tentang seorang suster yang hobinya ngesot. Suatu hari, Suster itu ketemu sama manusia (tokoh film itu), Lalu tokoh itu takut hingga ia pun spontan lari terbirit-birit. Waktu itu gue udah deg-degan, tapi gue terperangah campur garuk-garuk kepala yang sampe sekarang gue nggak habis pikir, gimana caranya itu Suster bisa ngejar orang yang jelas-jelas lari dengan dua kaki normal? Nah, karena gue penasaran, gue suruh adik gue yang umur 7 tahun buat lari sekencang-kencangnya dan gue kejar kayak suster ngesot itu. Lo tahu apa hasilnya? Jangankan bisa ngejar, baru dua kesotan aja pinggang gue udah pegel. Gue cuma heran aja, kok bisa? Apa emang setiap bangsa lelembut itu ditakdirkan sakti? Yah, begitulan manusia Indonesia. Dari sekian banyak kepintarannya ternyata masih banyak kekonyolan-kekonyolannya yang sedang mereka pertontonkan.

Kadang kita disuguhin dengan tayangan-tayangan televisi yang menurut gue sama sekali nggak penting. Sebuah tayangan realita tengah malam yang ngangkat fenomena alam gaib dalam wadah yang berjudul, “Dunia Salim”, sebenarnya buat apa sih tayangan semacam itu? Buat apa manusia kepengen tahu dunia tetangga? Trus, kalo udah tahu mau apa? Jadi dukun? Paranormal? Ingat, Man, udah banyak dukun atau paranormal yang udah alih profesi jadi selebritis.

Dan konyolnya dari tayangan itu, mereka yang memantau dari kejauhan melalui layar kaca, pada berebut adu komentar, ketika kamera mereka nangkap sosok bayangan yang mereka yakini itu adalah penampakan. Lo tahu apa yang ada dipikiran gue? Sebentar lagi bangsa lelembut itu bakal nguasain dunia manusia. Man. Kenapa begitu? Ya jelas,mereka udah dikenalin kamera, masuk tivi, iklan, kalo mereka ketagihan di depan kamera gimana? Emang mau semua tayangan tivi dan perfilman isinya bangsa lelembut semua? Gue nggak bisa bayangin, gimana jadinya kalo hal itu terjadi, gue jamin nggak lama lagi acara di tivi bakal dipenuhin dengan pencarian bakat yang hampir mirip dengan manusia; Pocong Idol, Kunti Show, Satu Jam Bersama Genderuwo, dan Opera Van Jaylangkung.

Mari kita berkreasi tapi jangan sampe ninggalin kebenaran dari kreasi. Bukankah apa yang kita kreasikan akan dipertanggung jawabkan? So, angkatlah kreasi dengan kebenaran dan kebutuhan mahluk lainnya. Saling menjaga dan menghormati tanpa meninggalkan rasa toleransi berbangsa, bernegara, dan juga lintas dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun