Mohon tunggu...
Putra Wijaya
Putra Wijaya Mohon Tunggu... freelancer

Minat di bidang sosial ekonomi politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Armada Pertahanan Rempah Nusantara

28 Mei 2024   23:13 Diperbarui: 28 Mei 2024   23:29 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Armada Pertahanan Rempah Nusantara

Oleh:

Aprikie Putra Wijaya

Pada Abad ke-15 hingga ke-17 Bangsa Eropa berlomba untuk menguasai jalur rempah. Jalur rempah yang merupakan rute yang digunakan nenek moyang Indonesia dalam menjalin hubungan antar pulau, suku, bangsa dengan membawa rempah sebagai nilai untuk membangun persahabatan yang membentuk asimilasi budaya dan diplomasi di setiap persinggahan. Jalur rempah-lah yang membuat Bangsa Eropa datang ke Nusantara, lalu menjadi benih awal kolonialisme di Indonesia. Ditandai dengan kedatangan Portugis ke Malaku, lalu kemudian disusul oleh Spanyol, dan Belanda. Kolonialisme yang kemudian merebut kekuasaan Kerajaan-kerajaan Nusantara. Jalur pelayaran laut yang  dikenal sebagai jalur rempah kemudian dikuasai oleh negara-negara eropa.

Pada masa itu jalur laut menjadi kunci peradaban negara-negara dunia, siapa yang menguasai lautan maka akan menguasai kekuatan ekonomi. Histori itulah yang sampai hari ini juga menjadi pemicu konflik di laut cina Selatan. Dimana China dengan menggunakan klaim Jalur Sutera yang telah diakui UNESCO sebagai situs warisan dunia sebagai dasar menerapakan secara sepihak Nash Dash line ( Sembilan garis putus-putus) sebagai dasar klaim Sejarahnya untuk mengklaim Laut Cina Selatan sebagai bagian dari Perairannya. Dimana klaim itu juga memasukan Laut Natuna Utara dalam Nash Dash Line. Sikap China ini jelas membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Motif Ekonomi dan Pertahanan Rempah

Saat Nusantara masih terdiri dari banyak Kerajaan. Kita membuka diri bagi para bangsa-bangsa  dari luar. Bangsa Eropa yang awalnya datang untuk berdagang rempah, namun kemudian melihat lemahnya pertahanan dan persatuan yang rapuh Kerajaan-kerajaan Nusantara. Portugis, Spanyol, dan Belanda secara cepat mampu merebut kekuasaan Kerajaan-kerajaan Nusantara. Catatan Sejarah itu tentu harus menjadi pengingat kita, bahwa betapa besarnya perjuangan dan pengorbanan para pahlawan kita untuk membebaskan Nusantara dari genggaman kolonialisme. Karena itu, munculnya klaim sepihak China terhadap laut natuna utara adalah ancaman nyata neo-kolonialsme, yang wajib dilawan oleh seluruh Bangsa Indonesia.

Dulu Ketika Bangsa Eropa datang, motif awalnya untuk mencari rempah-rempah seperti cengkeh, lada, dan pala. Lalu setelah kuat mulai meng-klaim wilayah Nusantara. Hari ini yang dilakukan China sebaliknya, meng-klaim dulu secara sepihak, tujuan akhirnya tetap ekonomi, untuk menguasai sumber daya alam. Besarnya sumber daya alam di Laut Natuna tentu menjadi salah satu motif utama daari klaim ngawur China. Berdasarkan data Kementerian ESDM, terdapat cadangan minyak bumi terbukti di Laut Natuna sebesar 92, 63 Juta standar barel atau million stock tank barrel (MMSTB) dan cadangan  potensialnya sebesar 137,13 MMSTB. Begitu juga dengan Cadangan gas bumi yang mencapai 1.045, 42 juta kaki kubik atau billions of standard cubic feet (BSCF). Ditambah lagi potensi sektor  kelautan dan perikanan, yang menurut staf ahli bidang ekologi dan sumber daya laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Aryo Hanggono yang dikutip dari detik.com. Mengatakan, bahwa Natuna adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi komoditas laut terbesar sehingga menarik kapal-kapal negara lain untuk masuk.

Besarnya sumber daya alam Natuna tentu harus kita jaga seutuhnya. Kita tentu tidak ingin terulang kisah kelam nenek moyang Indonesia yang direbut rempah dan kedaulatan wilayahnya. Hari ini kita bisa definiskan rempah itu lebih luas sebagai sumber daya alam Indonesia, baik yang ada di darat dan laut. Karena itu, Sudah seharusnya seluruh potensi rempah Indonesia harus dijaga dengan seluruh jiwa raga anak-anak Bangsa Indonesia. Kita harus belajar dari Sejarah dan menjadi bagian aktif untuk menjaga "rempah" atau sumber daya alam Indonesia agar tidak dikuasai bangsa lain. Karena itu, dalam konteks Laut Natuna Utara yang coba diklaim sepihak oleh China harus disikapi dengan tegas, serta Langkah nyata yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia, terutama yang tinggal di Kepulauan Natuna.

 

Armada Ekonomi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun