Mohon tunggu...
Putra Rifandi
Putra Rifandi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang mahasiswa, yang ingin berbagi pemikiran melalui tulisan-tulisannya | http://www.putra.rifandi.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Refleksi di Bulan Kemerdekaan: Pemikiran Berpendidikan vs Pemikiran Mata Duitan

24 Agustus 2016   22:05 Diperbarui: 24 Agustus 2016   22:57 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai sobat pembaca. Alangkah malunya diri kita tatkala hingga 71 kemerdekaan negeri ini, pemikiran kita masih sempit dalam lingkungan duit. Hampir pasti, jikalau dulu bapak bangsa pendiri republik ini mempunyai pemikiran duitan, kita saat ini tak akan mungkin hidup di alam kemerdekaan. Bayangkan, manakala pemikiran para pendiri bangsa dahulu bisa ditukar dengan uang alias duit, tentulah kita tak kan pernah mendengar suara Bung Karno seperti dalam naskah proklamasi. Para pendiri bangsa ini adalah orang yang berpendidikan. 

Berpikiran jauh ke masa yang akan datang. Sejarah kemerdekaan 17 Agustus 1945 tak akan berulang untuk kedua kalinya. Jangan sampai kebodohan dalam pemikiran menyebabkan bangsa ini mengalami masa penderitaan dalam penjajahan. Yaa..setidaknya tidak mengalami penjajahan dalam arti luas.  Kita patut bersyukur, Alhamdulillah orang seperti si Mata Duitan yang tak menganggap pendidikan itu sebuah hal yang berharga dan penting tak hidup di masa pergerakan perjuangan kemerdekaan dahulu. Kalau lah ada sosok si Mata Duitan dahulu, tentulah ia menjadi noda hitam kelam dalam lembaran bangsa ini. 

Namun kita patut bersedih, manakala ukuran duit menjadikan sebagian dari kita gelap mata, memandang sebuah materi berupa uang, kursi empuk, dan ruang ber AC menjadi nilai tertinggi di atas pendidikan. Pendidikan adalah hak dasar manusia. Bahkan orang yang beragama sekalipun, misalnya Islam, diajarkan kali pertama adalah perintah membaca. 

Yaa…sebuah bagian dari pendidikan. Para generasi muda berpendidikan sekarang tak jadi soal kalaulah misalnya dianggap oleh sebagian para pemuja uang sebagai orang yang minim pengalaman. Tak masalah. Sekali lagi tak masalah, karena sungguh kita meyakini generasi muda berpendidikan itu ia tak tawarkan masa lalu, ia menawarkan masa depan untuk bangsa ini. Berbahagialah dan patutlah Anda berbangga dengan capaian pendidikan serta capaian sumbangsih motor penggerak pembangunan negeri ini, Kawan. 

Abaikan suara gelapnya kebodohan di kanan kiri Anda. Sesungguhnya perlahan-lahan orang yang mengolok-olok Anda akan menjadi bagian masa lalu dan tenggelam, dan kelak Anda lah tumpuan masa depan bangsa ini. “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun