"Aku sayang kamu.." Jemarimu membelai pipiku, hembusan napasmu berlari bersamaan tiupan angin yang menyapu dermaga sore ini.
Aku hanya menatap sejenak, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Kapan kamu mau percaya?"
Aku hanya melemparkan isyarat, menggeleng serta mengangkat bahu.
"Senja yang jadi saksinya," ucapmu meneruskan.
"Kenapa hal yang kita sukai, harus menjadi saksi sebuah perpisahan, yang juga merupakan sebuah kesedihan?" Tanyaku.
Kamu menghela napas. "Belum waktunya."
"Sampai kapan?" tanyaku kembali.
"Aku janji akan kembali, untuk kamu. Mungkin butuh waktu yang agak lama, semoga saja kamu sabar menanti."
"Ya, tak ada pilihan lagi." ucapku mulai pasrah. "Berapa lama?"
Kamu lalu menyebutkan angka tiga. Tiga tahun untuk sebuah penantian, sekaligus pembuktian.