Pagelaran Jazz di sebuah kedai bernama 'Ruang Publik' memikat hati banyak penonton. Mereka terhanyut dalam lagu-lagu Jazz yang dihadirkan di sana. Tak terkecuali Eve, Stella dan Sita yang tak henti-hentinya bernyanyi dengan penuh ceria. Tak ada lagi mendung di mata Eve. Kini Eve sudah benar-benar merelakan apa yang seharusnya bukan jadi miliknya.Â
Cukupkanlah, ikatanmu
Relakanlah, yang tak seharusnya untukmu
(Kunto Aji - Sulung)Â
Tiga gelas jus buah yang tampak menyegarkan, mendarat di meja Eve dan kedua sahabatnya. Tampak pula seorang lelaki yang tak asing di mata Eve baru saja memesan sebuah minuman dan tengah mencari tempat duduk. Are? Iya, itu Are. Ngapain dia di sini?
"Loh, Eve?"
Are lebih dulu menyapa, sebelum bibir Eve mencoba menyapa Are, Ia kalah cepat.Â
"Are?"
"Udah lama di sini, Eve?"
"Are, lo ngapain di sini?"
"Pertanyaan gue belum dijawab, Eve."
"Oh iya, iya, hhmm, udah lumayan lama kok." Jawab Eve kikuk. Duh kenapa gue jadi nervous gini sih? Batin Eve, sambil menenangkan diri.Â
"Boleh gabung nggak?" Tanya Are.Â