Mohon tunggu...
Putri Apriani
Putri Apriani Mohon Tunggu... Freelancer - Fiksianer yang Hobi Makan

@poetri_apriani | poetriapriani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Peternak Puisi

13 Desember 2016   15:57 Diperbarui: 13 Desember 2016   21:03 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peternak Puisi (dokpri)

Setiap harinya, ia bangun sebelum ayam berlomba untuk berkokok.
Bergegas mandi kemudian bersiap menuju pasar.
Di pasar yang jaraknya sekitar satu kilometer dari rumah, ia berbelanja banyak kata yang nantinya ia rangkai menjadi sebuah kalimat, kemudian baris, dan menjadi bait-bait yang indah.
Ia menamakan benda tersebut dengan puisi.

Bila hujan turun begitu deras, tak sedikitpun ia berniat untuk menghentikan langkah kakinya.
Ia tetap berjalan, mencoba berdamai dengan hujan dan angin yang berusaha mengganggunya.
Terkadang ia tak malu bila harus memungut kata-kata yang berserak di tanah becek, baginya tak masalah, asalkan halal, karena ia tak mau bila anak istrinya memakan uang hasil keringatnya yang tak halal.

Tetangga-tetangganya banyak yang memesan puisi-puisi yang baru beberapa minggu menetas.
Puisi-puisi yang ia rawat dengan sepenuh hati.
Puisi-puisi yang melahirkan larik-larik indah, penenang hati sebelum ia menjemput mimpi, penenang hati sebelum ajalnya datang menghampiri.

*setelah lama tak menulis

@poetri_apriani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun