Gamang, aku mengatur napas, perlahan. Sekeping kenangan tentangmu baru saja menusuk ingatanku.
Berlari, aku telah mencoba berlari sekuat tenaga, membuang segera segala kenangan yang dengan begitu cepatnya berkembang biak serta memaksa masuk ke dalam setiap pori-pori ingatan.
Jangan kembali! Aku bilang jangan pernah kembali, tapi rupanya dia tuli, atau kenangan memang tak punya telinga? Yang dengan angkuh membiarkan kata-kataku terbuang dengan percuma, membuat waktuku habis digergoti oleh angin.
Ah, lagi-lagi tentangmu!
Ketika hati merindu puisi
CUMA FIKSI, dilarang BAPER :P
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H