Udin mengusap-usap perutnya yang keroncongan, sudah sejak tadi ia menahan rasa lapar yang mendera. Langkah kakinya yang gontai seakan mengajaknya ke sebuah kedai Pizza yang terletak sekitar lima puluh meter saja dari posisinya saat ini.
“Bu, Udin laper.”
Ibunya mengangguk, lalu dengan sabar mengatakan, “sabar ya Nak, sebentar lagi kan kita sampe di rumah.”
Udin mengiyakan kata-kata ibunya, namun kakinya tak mau berhenti, menuju kedai pizza tersebut. “Bu, itu makanan apa?” tanya Udin mendekati jendela, di mana para pengunjung tengah asyik menyantap slice demi slice pizza yang terletak di atas meja mereka.
“Itu namanya pizza, kamu pasti nggak doyan, Nak.”
“Kok nggak doyan? Emang pizza rasanya nggak enak, Bu? Ibu pernah makan pizza?”
Ibunya menggeleng.
“Udin mau pizza, Bu.”
“Harganya mahal, Nak. Uang Ibu belum cukup buat beli makanan itu.”
Udin tertunduk lemah. Rasa lapar bercampur kecewa membuat tenaganya habis. Lunglai, namun ia tetap meneruskan perjalanannya.