Dia bukan punggawa
Bukan juga seorang pujangga
Dia hanya senang merangkai kata-kata
Semuanya tersimpan rapi dalam kotak aksara
Merapat terikat indah membentuk banyak makna
Membidik kagum pada siapa saja yang rela merenda
-----
Dan ketika
Di suatu senja
Dia pergi berkelana
Berjalan tanpa tau dosa
Menuju pada sebuah kota
Tanpa menunggu hujan reda
Dia pergi mencari separuh jiwanya
Langkahnya pun kini kian terasa hampa
Tiada lagi cinta yang temani, hanyalah duka
Tiap-tiap jari kakinya seakan terjebak pada jala
Sulit untuk meneruskan, hingga sulit untuk di rasa
Namun dia tetap tak mau memberi jeda pada tanya
Dia tak hiraukan lagi semua rasa yang meraja
Pada semua yang berjumpa dengan sapa
Pada prasangka yang memuja
Bahkan pada gelak tawa
Dia kini mulai tak suka
Karena yang ada
Hanya hampa
Duka lara
-----
Kepada engkau, wahai gadis ayu
Yang dulu pernah mendayung cinta dihatinya
---
Dpk, 3 Februari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H