Mohon tunggu...
Putri Apriani
Putri Apriani Mohon Tunggu... Freelancer - Fiksianer yang Hobi Makan

@poetri_apriani | poetriapriani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jerit Pilu Satinah

24 Maret 2014   19:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_328153" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi (posteraksi.org)"][/caption]

(1)

Hening bercumbu pada bisu

Dakwaan berujung pilu

: Entah kepada siapa harus mengadu

(2)

Diam merajut kelam jiwa yang basah

Hati bergelimang gelisah

: Hanya bisa pasrah

(3)

Menanti detik yang kian berkata

Pancung terus lekat di depan mata

: Hanya mampu menguntai doa

(4)

Kepada Tuan dan Nyonya yang terhormat

Dimanakah letak hati kalian?

Bolehkah aku pinjam sebentar?

-

#savesatinah

-

Terinspirasi dari puisi Pak Rahab Ganendra yang berjudul Pancung - 'Save Satinah'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun