Kota Padang. Ekos merupakan mantan Wakil Wali Kota Padang, sedangkan Taufiq merupakan anak Gubernur Sumbar, Mahyeldi. Dalam foto itu Taufiq mengenakan jaket PKS.
Beredar di media sosial foto Ekos Albar bersanding dengan Muhammad Taufiq sebagai bakal calon Wali Kota dan bakal calon Wakil WaliKemunculan foto tersebut menarik karena beredar berbarengan dengan gagalnya Muhammad Iqbal, kader yang digadang-gadang oleh PKS sebagai bakal calon Wali Kota Padang, melobi Partai Demokrat untuk diajak berkoalisi. Artinya, Iqbal gagal memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh PKS untuk melobi partai lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kuota kursi DPRD Padang untuk bertarung pada Pilkada Padang, yaitu sembilan kursi, sedangkan PKS hanya punya tujuh kursi.
Dengan demikian, PKS sebaiknya meredam keinginan untuk mencalonkan kadernya sebagai bakal calon wali kota dan legowo kadernya menjadi bakal calon wakil wali kota, sebagaimana foto Ekos dan Taufiq yang beredar di media sosial. Ada beberapa hal yang patut disadari oleh PKS berkaitan dengan hal tersebut.
Pertama, pada Pilkada Padang kali ini, bakal calon lain merupakan tokoh yang punya banyak uang, yaitu Fadly Amran (berpasangan dengan Maigus Nasir) dan Hendri Septa (berpasangan dengan Hidayat). Uang untuk ongkos politik (bukan untuk politik uang) sangat berpengaruh pada pilkada untuk mobilisasi, sosialisasi, kampanye, biaya operasional sebagai pelumas mesin politik. Pilkada bukan cuma perang ide, melainkan juga perang "ransum" untuk menggerakkan mesin politik, yang dibeli dengan uang.
Karena itu, PKS harus mengusung tokoh lain yang punya banyak uang untuk menandingi amunisi Fadly Amran dan Hendri Septa. Iqbal bukanlah orang kaya yang dapat memenuhi harapan tersebut karena ia bukan pengusaha, dan terbukti ia tidak dapat menggaet Demokrat, yang kursinya di DPRD Padang tidak didapatkan secara gratis. Tokoh lain yang mampu mengimbangi Fadly Amran dan Hendri Septa dalam hal keuangan ialah Ekos Albar. Ekos merupakan pengusaha di Jakarta. Ia sudah menyiapkan biaya politik untuk ikut Pilkada Padang.
Kedua, elektabilitas Iqbal maupun Taufiq berada di bawah elektabilitas Ekos. Maka, alangkah lebih bijaksana dan realistisnya PKS tidak memaksakan kadernya untuk menjadi bakal calon wali kota. Lagi pula, Ekos dapat disebut sebagai petahana karena menjadi Wakil Wali Kota Padang meski setahun. Setidaknya, Ekos punya massa PNS walau berbagi dengan Hendri Septa. Karena itu, Ekos punya daya tawar lebih tinggi daripada kader-kader PKS yang muncul sebagai bakal calon kepala daerah Padang.
Ketiga, kader-kader PKS yang ditawarkan untuk menjadi bakal calon wali kota tidak setara dengan bakal calon wali kota lain, yaitu Fadly Amran dan Hendri Septa. Fadly dan keluarganya dikenal di Padang sebagai keluarga pemilik Baiturrahmah (universitas dan rumah sakit) dan bisnis lain, seperti olahraga dan kafe. Fadly juga mantan Wali Kota Padang Panjang. Ia punya kiprah di Padang di bidang kepemudaan, antara lain, sebagai mantan Ketua HIPMI Padang dan Ketua KNPI Padang. Adapun Hendri Septa merupakan anak Asli Chaidir, politikus senior PAN di Sumbar. Ia juga orang Padang: lahir dan besar di Padang. Sebagai mantan wali kota, ia tentu punya massa. Bagaimana dengan Iqbal dan Taufiq? Iqbal orang Padang Pariaman. Ia tidak berkiprah dan tidak tinggal di Padang. Siapa yang kenal Iqbal di Padang? Lebih mending Taufiq daripada Iqbal. Taufiq memang anak Padang. Ia lahir dan besar di Padang. Ayahnya punya banyak massa di Padang karena Mahyeldi pernah menjadi Wakil Wali Kota Padang dan Wali Kota Padang.
Oleh karena itu, sangat mungkin Ekos-Taufiq menjadi poros ketiga di Pilkada Padang 2024. Dari komposisi kursi DPRD Padang 2024, mereka didukung oleh 13 kursi, yaitu 7 kursi dari PKS dan 5 kursi dari Golkar. Ekos diketahui akan diusung oleh Golkar meski ia kader PAN.
Poros ketiga itu sangat potensial untuk menang. Pertama, suara PKS dari kader militannya di Padang cukup besar, yaitu 16 persen. Enam belas persen itu besar karena partisipasi pemilih di Pilkada Padang diprediksi 60 persen. Enam belas persen itu ditambah dengan suara massa Ekos, yaitu sebagian PNS Padang, kader PAN, kader Muhammadiyah (suara PNS Padang berbagi dengan Hendri Septa, suara kader PAN berbagi dengan Hendri Septa dan Maigus Nasir, suara Muhammadiyah berbagi dengan Maigus Nasir). Suara 16 persen PKS dan suara massa Ekos tersebut belum termasuk suara swing voter yang belum menentukan pilihan. Maka, peluang Ekos-Taufiq sangat besar untuk menang pada Pilkada Padang 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H