Mohon tunggu...
Puti Lona
Puti Lona Mohon Tunggu... Penulis - Mandiri

Pengamat Sospol

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Karakter Keras dan Tegas Epyardi Asda

23 April 2024   08:47 Diperbarui: 23 April 2024   11:01 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.instagram.com/kapten.sumbar

Karakter seseorang tidak muncul begitu saja alias bukan bawaan dari lahir. Ia dibentuk oleh kebiasaan dan lingkungan.

Karakter keras, biasanya dalam berbicara, merupakan karakter masyarakat pantai. Kencangnya tiupan angin laut dan kerasnya debur ombak membuat pesan tidak terdengar jika disampaikan dengan suara pelan. Karena itulah, orang pantai terbiasa berbicara setengah berteriak. Lantaran terbiasa berbicara dengan lantang, orang pantai susah mengubahnya karena telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging.

Epyardi Asda dikenal sebagai orang berkarakter keras dan tegas. Padahal, Bupati Solok itu tidak lahir dan besar di lingkungan pantai, tetapi berasal dari dataran tinggi dan jauh dari pantai, yaitu Singkarak, Kabupaten Solok. Bagaimana ia bisa berkarakter keras dan tegas?

Pertama-tama, kita dapat menelusuri latar belakang keluarganya. Epyardi berasal keluarga miskin. Ayahnya hanya buruh tani, sedangkan ibunya pedagang beras keliling. Karena keluarganya miskin, anggota keluarganya pernah kena busung lapar sehingga membuat empat saudaranya meninggal dunia.

Kerasnya kehidupan membuat Epyardi tak bisa bermain-main dan bersenang-senang seperti anak muda kebanyakan. Ia bertekad untuk mengubah nasib keluarganya. Dengan uang pinjaman, ia pergi merantau ke Singapura dengan menumpang kapal ikan sebagai anak buah kapal.

Kedua, kita dapat menelusuri latar belakang pendidikan dan pekerjaannya. Epyardi merupakan lulusan Pendidikan Pelayaran Besar (P3B) Semarang (1982---1985). Setelah itu, ia bekerja di Singapura di bidang pelayaran dan kelautan hingga menjadi kaptel kapal Singapore Shipping Company. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Epyardi dididik dan bekerja di lingkungan yang akrab dengan laut.

Dikutip dari artikel "Aceh Keras, Tipikal Bangsa Pelaut" (Kumparan.com, 13 September 2019), laut merupakan tempat yang keras dan berbahaya. Maka, setiap manusia yang bergumul dengan laut harus keras pula dan dibentuk menjadi pribadi yang kokoh.
Di pelabuhan, aktivitas yang tidak ringan saban hari berlangsung. Tempat itu diramaikan oleh orang-orang yang berteriak, berbicara dengan nyaring, melempar benda, bahkan memaki. Semua itu dianggap oleh orang laut sebagai hal yang biasa dan keharusan sebab laut merupakan tempat yang keras.

Di tengah laut, lebih-lebih dalam kegentingan kemelut cuaca, orang-orang akan memekik. Keadaan keras menuntut orang laut berpikir, bertindak, dan bergerak dengan cepat. Yang tidak cepat akan diteriaki, bahkan dimaki. Tujuannya untuk memaksa orang disiplin dengan keharusan mengerjakan hal-hal secara cepat, tetapi teliti.

Fisik dan mental orang laut kuat-kuat, yang dibentuk oleh kerasnya laut. Watak pelaut dibentuk oleh "suasana" laut yang panas, keras, cepat sehingga menuntut kehati-hatian berpikir, bertindak, tangkas, dan berani.

Orang laut tidak kasar. Orang laut itu keras. Keras dan kasar adalah sifat yang berbeda. Sesuatu yang kasar belum tentu keras. Perlakuan kasar selalu bertujuan untuk menyakiti (meski tindakan tersebut biasanya disebut dengan "kekerasan" bukan "kekasaran"). Sementara itu, perlakuan keras bertujuan untuk membentuk kualitas-kualitas positif tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun