Mohon tunggu...
Burhani Ash-shiddiqi
Burhani Ash-shiddiqi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Putera Nuib Sihise, sebuah nama pena yang ku gubah sendiri.. Aktif di Teater Syahid..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bendera Kuning

16 Agustus 2012   14:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:40 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bendera merah putih.. Bendera tanah airku… Gagah dan jernih tampak warnamu.. Berkibarlah di langit yang biru…

Lagu bendera ‘Merah Putih’ ciptaan Ibu Sud ini sudah lama berhasil dihapal oleh Budi dan juga jutaan anak-anak di Indonesia. Lagu ini menggambarkan kecintaan kepada Negara yang diwujudkan dalam menghormati salah satu lambang negara yaitu bendera. Bendera memang menjadi satu dari beberapa simbol terpenting suatu negara sebagai identitas yang dibanggakan. Dan bendera merah putih milik bangsa kita adalah bendera yang dahsyat karena memiliki filosofi yang begitu hebatnya, yakni merah yang berarti berani, sedangkan putih berarti suci. Tampak bahwa sebenarnya tiada yang keliru, bahkan bagus sekali bendera kita ini. Namun mengapa saat ini, seperti yang kita ketahui bersama, tampak filosofi negara yang tergambar di bendera tidak terwujud dalam kenyataan merah putih yang berarti berani dalam trek kesucian. Yang mungkin cocok menggambarkan negeri ialah bendera merah hitam yang berarti berani dalam kekotoran.

Tahun lalu, Budi dengan bangga mengibar-kibarkan bendera merah putih berbahan kertas minyak yang ia buat sendiri di kedua tangannya. Tahun ini, ia kembali membuat dua buah bendera seperti tahun lalu untuk ia pamerkan pada karnaval yang rutin dilakukan oleh sekolah tempat Budi belajar. Namun kali ini, ada dua jenis bendera, di samping merah putih, Budi pun membuat bendera dari kertas minyak berwarna kuning. Ibunya heran melihat hal itu.

“Budi, itu kamu buat bendera apa, sayang?”

“Ini bendera buat karnaval besok, Bu..”

“Kok ada yang warna kuningnya? Emang Bu Guru yang nyuruh ya?”

“Bukan, Bu..”

“Lho, terus?”

“Kayaknya bagus juga kalo Indonesia tambah bendera.”

“Tambah bendera?”

“Iya, bendera kuning ini. Biar pada inget mati, Bu..”

Belum hilang keterkejutan Ibu akan pernyataan anaknya itu, Budi melanjutkan.

“Soalnya kata Pak Ustad, orang itu sering lupa kalo nanti pasti akan mati. Makanya banyak yang berbuat dosa. Nah, kalo ada yang meninggal kan biasanya dipasang bendera kuning. Jadi, cocok banget buat ingetin orang Indonesia. Iya kan, Bu?”

“Iya…”

Budi kemudian menyanyikan sebuah lagu, “Bendera merah putih… Akulah pendukungmu… Patriot proklamasi… Sedia berkorban untukmu….”

Esoknya saat karnaval, Budi pun menarik perhatian banyak orang sebab nyanyian-nyanyian nasionalis yang telah dilatihnya sendiri satu hari kemarin, dan juga tentu saja bendera kuning yang ia kibar-kibarkan di tangan kanannya bersama bendera merah putih di tangan kirinya. Dari kejauhan, Ibunya tersenyum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun