Mohon tunggu...
Pusvi Defi
Pusvi Defi Mohon Tunggu... Administrasi - penulis

tukang nulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

#Sajak Seteduh Dekapan Ibu

28 September 2015   12:56 Diperbarui: 28 September 2015   14:15 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama sudah tak kurasa menyetubuhi waktu direntang harimu
Hangat dekap pancaran saga senja berlabuh
terngiang sentuhan jemarimu enggan lepas dari peraduanku

Ibu! Aku takkan pernah melupa nikmatnya bersemayam dengan nyaman di rahim yang kupinjam
hingga menghisap air susumu yang kemudian berubah menjadi darah
mengaliri nadi dalam detak sempurna
Kala malam menghampiri kau mainkan ayunan untuk menimangku
sesekali nyamuk-nyamuk liar itu mencomot darahku
Geram menggelantung dibenakmu
berselendang nafsu binatang penghisap darah itu pergi berlalu
kembali bibir mungilmu dendangkan sesayup nyanyian di ranjang agar aku terlelap

Ibu! Pada zikir dan tasbih airmata
Kukecup keningmu
Lalu Setangkup doa membasuh basah
Kujamah cinta sucimu
Lengkap dengan airmata meleleh sendu
Haruskah kutanam Rerindu ini ditaman impianmu?
Dimana terakhir kalinya kau rebahkan tubuhmu di peristirahatan terakhir

Pekanbaru, 15 maret 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun