Pandemi Corona janganlah cepat berlalu. Biarkan kami terus bersama anak-anak dan pasangan hidup kami. Berkumpul bersama menghabiskan waktu di dalam rumah, karena di luar sangat berbahaya. Virus mengintai di mana-mana, terutama sekolah di semua jenjang. Jangan biarkan kami waswas melepas anak-anak seperti juga orangtua lain, kami telah berkali diyakinkan diyakinkan bersekolah sungguh-sungguh bakal bikin celaka. Lebih aman ikut ibunya berbelanja. Pasar, minimarket, supermarket dan mall aman sentosa. Semua aman. Termasuk para buruh pabrik yang nyaris tak mengenal alangkah jahanamnya Covid 19 itu.
Pandemi janganlah cepat berlalu. Biarkan kami menemukan Tuhan di ruang kosong nan senyap hati kami. Masjid, Ka'bah, gereja, katedral, pura, wihara dan sinagog serta semua tempat ibadat terbukti tak menunjukkan Kau berumah di situ. Kami meratap dalam jaring laba-laba raksasa serupa Leviathan di dalam palung jiwa kami yang tak mengenal kata cukup. Kesepian telah berhasil menjerat daya hidup kami.
Pandemi janganlah cepat berlalu. Sejak kami menemukan jejak purba permusuhan yang dahulu tertimbun sejak dosa awal hingga abad kini. asyik masyuk kami mencari aneka rupa dalil curiga dan syak wasangka dengan pilihan kata paling buruk dan busuk agar memenuhi semua syahwat kami. Tiba-tiba saja kami dilingkup bahagia jika ada celah yang sekiranya bisa bikin yang tak kita suka bertemu nasib buruk.
Pandemi janganlah cepat berlalu. Kami senang terombang-ambing dalam ragu dan putus asa yang dengan gagahnya hadir dalam hidup keseharian. Masing-masing tak ambil peduli. Â Seolah keselamatan hanya hadir di sini, dan bukan di sana. Kepedihan hanya milik mereka yang bernasib buruk. Kami berkomentar pada foto dan video yang seliweran dalam genggaman lalu membagikannya sepenuh suka cita. Kelar sudah.
Majalengka, 11 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H