Mohon tunggu...
Oom Somara De Uci
Oom Somara De Uci Mohon Tunggu... Seniman - Radio Rarama Kedaton Cibasale

Pegiat Seni dan Budaya. Sepakbola, jalan-jalan, baca dan ngariung jadi hobi. Tinggal di Pustaka Kemucen, Aryakamuning 19 RAJAGALUH - MAJALENGKA. 45472

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pandemi Janganlah Cepat Berlalu

21 Januari 2021   21:38 Diperbarui: 21 Januari 2021   21:41 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pandemi Corona janganlah cepat berlalu. Biarkan kami terus bersama anak-anak dan pasangan hidup kami. Berkumpul bersama menghabiskan waktu di dalam rumah, karena di luar sangat berbahaya. Virus mengintai di mana-mana, terutama sekolah di semua jenjang. Jangan biarkan kami waswas melepas anak-anak seperti juga orangtua lain, kami telah berkali diyakinkan diyakinkan bersekolah sungguh-sungguh bakal bikin celaka. Lebih aman ikut ibunya berbelanja. Pasar, minimarket, supermarket dan mall aman sentosa. Semua aman. Termasuk para buruh pabrik yang nyaris tak mengenal alangkah jahanamnya Covid 19 itu.

Pandemi janganlah cepat berlalu. Biarkan kami menemukan Tuhan di ruang kosong nan senyap hati kami. Masjid, Ka'bah, gereja, katedral, pura, wihara dan sinagog serta semua tempat ibadat terbukti tak menunjukkan Kau berumah di situ. Kami meratap dalam jaring laba-laba raksasa serupa Leviathan di dalam palung jiwa kami yang tak mengenal kata cukup. Kesepian telah berhasil menjerat daya hidup kami.

Pandemi janganlah cepat berlalu. Sejak kami menemukan jejak purba permusuhan yang dahulu tertimbun sejak dosa awal hingga abad kini. asyik masyuk kami mencari aneka rupa dalil curiga dan syak wasangka dengan pilihan kata paling buruk dan busuk agar memenuhi semua syahwat kami. Tiba-tiba saja kami dilingkup bahagia jika ada celah yang sekiranya bisa bikin yang tak kita suka bertemu nasib buruk.

Pandemi janganlah cepat berlalu. Kami senang terombang-ambing dalam ragu dan putus asa yang dengan gagahnya hadir dalam hidup keseharian. Masing-masing tak ambil peduli.  Seolah keselamatan hanya hadir di sini, dan bukan di sana. Kepedihan hanya milik mereka yang bernasib buruk. Kami berkomentar pada foto dan video yang seliweran dalam genggaman lalu membagikannya sepenuh suka cita. Kelar sudah.

Majalengka, 11 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun