Resolusi terasa begitu buming di telinga kita, hal itu akan terus terjadi setiap akhir dan awal tahun, berbagai acara di susun dengan rapi, program di tata dengan baik, tanggal di kalender satu persatu dilingkarin, buku kecil lembar per lembar mulai tersentuh tinta hitam dan lain sebagainya.
Resolusi apa yang paling signifikan kita lakukan dalam menatap tahun 2014? Berbagai penulis di Kompasiana membeberkan opininya, mulai Resolusi 2014: Demokrasi Indonesia Yang Lebih Baik oleh Ferdiansyah Rivai; Ayo, Indonesia! Mandirilah Dalam Mengatasi Penyalahgunaan Internet! Oleh Christie Damayanti; Koreksi Untuk Diksi Resolusi oleh Adian Saputra; Resolusi 2014: Kebangkitan Wajah Hukum Indonesia; dan berbagai tulisan lainnya yang sangat bagus.
Tentunya mereka-mereka yang menulis di obrolan feez Kompasiana, orang-orang yang masih memikirkan masa depan dirinya, keluarganya dan bangsa-negaranya. Mereka harus kita apresiasi, karena tidak semua penduduk bumi ini memikirkan hal-hal luas lagi rumit seperti negara. Negara yang menyimpan masalah primer dan sekunder, tentunya pemerintah tidak bisa menyelesaikan dengan otoritas yang mereka miliki, masyarakat-masyarakatpun tentunya harus turur andil dalam mengatasi problematika yang ada, dan mereka yang menulis opini di obrolan feez layak disebut orang yang memikirkan masa depan bangsa-negara Indonesia.
Izinkan aku mengutip ayat al-Qur’an sebagai pedoman primer umat Islam. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka”.
Sangat jelas firman Tuhan diatas, berbagai harapan untuk memperbaiki negara ini tidak akan terwujud sebelum setiap individu-individu mempunyai tekad yang kuat untuk merubah gaya hidupnya, pola atau cara berpikirnya – berpikir yang lebih dewasa, mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, mencari jati diri kita yang fitri seperti diwaktu kita kecil dan lain sebagainya.
Koreksi atau istilah agama Islamnya muhasabah diri sangat diperlukan, karena dari sebab demikian kita akan terhindar dari saling mencaci orang lain, mengkafirkan orang lain, merendahkan orang lain, mengejek orang lain dan sejenisnya. Koreksi dirimu sebelum mengkoreksi diri orang lain memang sudah menjadi slogan yang busuk, seandainya saja slogan itu dipraktekkan, kita sudah hidup bertetangga dengan damai dan tentram.
Resolusilah dirimu sebelum meresolusi orang lain, resolusilah dirimu sebelum meresolusi bangsa-negara ini, resolusilah dirimu sebelum meresolusi kampusmu/sekolahmu/institusimu dan lain-lain. Karena pertolongan-Nya akan datang disaat individu-individu terkait menyadari kelemahan dan kekurangannya. Kayaknya tepat jika saya mengatakan bahwa Indonesia kehilangan keberkahan, sedikir demi sedikit keberkahan ditarik oleh-Nya, cara agar keberkahan itu diberikan kembali tiada lain salah satunya adalah meresolusi cara beragama kita, cara berpikir kita terhadap orang lain, dan tentunya resolusi diri yang paling signifikan.
Kita pandang masa depan 2014 dengan pikiran yang positif, semoga presiden kita nantinya memikirkan rakyatnya, presiden yang tidak rakus terhadap harta, tahta dan wanita. Presiden yang suka meresolusi diri atau memuhasab diri dia akan dekat dan lebih dekat dengan rakyatnya, karena ia dari rakyat untuk rakyat kembali.
Salam Kompasianer (My Twitter: @RSTKQ)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H