Mohon tunggu...
Makmun Rasyid
Makmun Rasyid Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pembelajar Abadi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Buku Kawan Sejatiku

23 April 2014   22:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:17 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur – اُطْلُبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَّحْدِ “ dan “Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah bukuخَيْرُ جَلِيْسٍ فيِ الزَّمَانِ كِتَابٌ “.

Dua pepatah diatas sangat populer di telinga kalangan santri di pelbagai pesantren, karena keduanya terdapat di dalam pelajaran mahfudzot (kata-kata mutiara), pelajaran yang wajib dihafalkan oleh setiap santri.

Hari Buku Internasional merupakan acara tahunan yang dicetuskan oleh UNESCO, salah satu tujuannya adalah menggugah kepada setiap orang untuk membaca dan mengingat para pengarang-pengarang besar yang telah berkontribusi dalam dunia ilmu pengetahuan. Buku merupakan bacaan yang banyak melahirkan ide-ide baru dan mampu menginspirasi manusia, seperti sosok Soekarno, Muh. Hatta, Bj. Habibie, Pramoediya Ananta T, Nur Cholis Madjid, Gus Dur dan lainnya yang menjadi inspirator generasi selanjutnya tidak terlepas dari membaca buku.

Tetapi anehnya, perayaan Hari Buku Sedunia tidak seramai seperti Valentine’s Day, Hari Kartini seperti yang kita rayakan kemarin, Natal dan berbagai hari besar lainnya, padahal pepatah Latin mengatakan “Orang menjadi Pandai karena buku”. Di Indonesia sejak tahun 2006 ditetapkan, untuk tanggal 23 April menjadi Hari Buku Sedunia. Bahkan masih kuat ingatan kita pada tahun 2010 ada sebuah acara yang dengan tema “Kepergok Membaca”.

Sambutan terhadap perayaan Hari Buku Sedunia tidak seperti yang diharapkan, di Indonesia minat baca khususnya dikalangan generasi muda masih sedikit, padahal segalanya tanpa buku akan diam, sejarah akan diam, sastra akan diam dan pemikiran akan stagnan. Buku merupakan mesin perubahan dan jendela dunia, jika kita ingin memusnahkan sebuah bangsa dan negara maka musnahkanlah buku-buku. Begitu pentingnya sebuah buku dalam menyongsong bangsa yang berperadaban. Sejarawan Ceko, Milan Hubl pernah berujar jika kalian ingin menaklukkan sebuah bangsa maka rusaklah ingatan manusia, buku-buku dan lain sebagainya. Tetapi jika ingin membuat bangsa menjadi maju maka perintahkanlah manusia untuk menulis buku-buku.

Apa yang dikatakan orang terkait buku, setidaknya saya ingin mengambil esensi dari sebuah kata mutiara di awal, dimana buku merupakan teman terbaik yang tidak akan dapat mengkhianati kita, manusia dituntut oleh agama untuk belajar – belajar apa saja – sampai di titik darah penghabisan. Buku merupakan kawan yang baik yang dapat membimbing kita kepada keterkungkungan dan kejumudan berpikir. Akhir-akhir ini kita sering menemukan dimana orang begitu mudah mengeluarkan fatwa tanpa kajian yang matang terlebih dahulu, kajian yang matang dibutuhkan dengan membaca berbagai buku.

Kejumudan berpikir disebabkan karena kurangnya membaca buku dan sejenisnya, ia hanya menerima apa yang diucapkan oleh guru-gurunya, membaca dari internet dan sejenisnya, padahal ide-ide itu banyak terlahir dari membaca buku dan sangat kecil dari internet. Dari membaca buku juga kematangan sebuah pendapat dan melatih kesabaran, internet di salah satu setidaknya bias negatif, ia membuat generasi muda khususnya menerima segala sesuatu dengan instan, akhirnya kematangan berpikir tidak seperti orang-orang seperti Soekarno, Gus Dur dan lain sebagainya.

Semoga dengan adanya Hari Buku Sedunia ini, kita masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa-mahasiswi lebih bersemangat dalam membaca dan menulis, karena pena akan dapat mengubah dunia dan pena yang dituangkan dalam buku dapat menelurkan beragam ide-ide cemerlang, misalnya pena Soekarno di dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi dapat menelurkan ide-ide brilian generasi selanjutnya yang senantiasa membaca buku itu. Seseorang yang umurnya pendek tetapi menelurkan banyak karya seperti Imam Syafii, itulah yang dikatakan dalam agama Islam bertambahnya umur, ia sudah meninggal tetapi seluruh penjuru dunia mengenangnya lewat penanya. Wallahu ‘alam bi Al-Shawab.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun