Mohon tunggu...
Puspo Lolailik Suprapto
Puspo Lolailik Suprapto Mohon Tunggu... Lainnya - Esais/Bookstagrammer

Nulis apa saja :)

Selanjutnya

Tutup

Book

Lewat Bek Memikirkan Kembali Arti Identitas

21 Juli 2024   10:10 Diperbarui: 21 Juli 2024   10:18 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Bek karya Mahfud Ikhwan (Sumber: Tatkala.co)

Jika hidup harus terus dilanjutkan, sepak bola harus terus dimainkan, bukan? Di mana pun! - Hal: 29.

Pernyataan itu mencerminkan tekad, keteguhan, dan cinta. Ini adalah kerangka besar yang coba dikembangkan Mahfud Ikhwan dalam novel terbarunya, Bek. Secara sederhana, novel Bek menceritakan drama keluarga dengan latar belakang informasi seputar sepak bola.

Seperti halnya politik dan kebudayaan, sepak bola juga tidak lepas dari dominasi identitas dan bahasa. Saat ini, ada stereotip bahwa strategi terbaik adalah penguasaan bola yang dominan dan serangan yang bagus, seperti gaya Pep Guardiola. 

Gaya bermain seperti Jose Mourinho, Diego Simeone, atau Catenaccio Italia dianggap tidak pantas disebut sepak bola karena lebih fokus pada pertahanan dan sering parkir bus di depan gawang. Dari persoalan inilah, novel Bek menawarkan pandangan yang menarik untuk dibaca.

Novel ini bercerita tentang seorang anak bernama Isnan yang ayahnya sangat menyukai sepak bola. Karena itulah, Isnan juga jadi gila bola sejak kecil. Pemain idolanya adalah Trifon Ivanov, bek terbaik Bulgaria.

Saat membaca cerita ini, kita bisa dengan mudah menemukan metafora di balik penggunaan kata Bek sebagai judul. Di beberapa bagian cerita, terutama saat Isnan menulis esai untuk tugas dari guru bahasa Indonesia, sangat jelas terlihat alasan mengapa bek menjadi pilihan judul, Apa itu bek? Bagaimana fungsi bek? Dan bagaimana nasib mereka? Semua ini dijelaskan dalam cerita.

Dalam bagian cerita itu, penulis menawarkan pandangannya tentang identitas bek secara utuh. Bagi Isnan, bek bukan hanya identitas pemain bola, tetapi juga cara pandang hidup. 

Posisi ini sama pentingnya dengan posisi atau identitas lainnya. Isnan berasal dari keluarga kurang mampu. Orang tua dan kakak pertamanya bekerja sebagai imigran di Malaysia. Meski masih kecil, Isnan harus hidup dan menjaga kedua adiknya. 

Dalam situasi serba kekurangan dan berbagai masalah, perspektif bek sebagai pemain yang harus bertahan menjadi sangat relevan sebagai metafora cerita. Tidak semua orang harus menjadi penyerang dan mencetak gol. Harus ada yang bertahan, menyeimbangkan tim, dan membantu kiper agar tidak kebobolan.

Metafora bek mengajak kita untuk menilai kembali peran dan identitas tersebut. Posisi bek yang sering diabaikan dan dianggap kurang penting sebenarnya sama pentingnya dengan striker atau playmaker.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun