Industri drama Korea Selatan terus-menerus menghadirkan tontonan tentang kasus perundungan di sekolah. Cerita seperti ini selalu menarik perhatian banyak penonton, termasuk saya. Rating yang diperoleh biasanya tinggi, dan jika tayang di platform OTT (Over The Top), drama-drama ini hampir selalu masuk dalam peringkat 10 besar acara TV yang paling banyak ditonton di seluruh dunia.
Terlebih lagi, jika drama ini mengangkat cerita tentang siswa kaya yang merundung teman sekelasnya yang miskin. Contohnya, Who Are You School (2015), Class of Lies (2019), atau yang paling terkenal, The Glory (2022). Adegan-adegan dalam drama-drama ini membuat saya ngeri dan juga ikut kesal.
Drama Korea Selatan yang berjudul Pyramid Game juga mengangkat tema besar tentang perundungan di sekolah. Adegan-adegan perundungan ditampilkan eksplisit dan sadis, sampai membuat saya bertanya-tanya :
Bagaimana bisa setega itu? Korban-korbannya dipukul, ditendang, bahkan ada yang mulutnya dimasukkan satu toples cacing. Sungguh ini sangat mengerikan!
Sebuah Permainan yang Menyiksa Satu Kelas
Adegan-adegan tersebut dialami oleh Sung Soo-ji (Kim Ji-yeon/Bona), seorang siswi yang baru pindah ke Baekyeon Girl’s High School di Seoul setelah mengikuti ayahnya yang bertugas sebagai tentara. Dia ditempatkan di kelas 2-5 yang berada di gedung terpisah dan terisolasi dari gedung utama sekolah.
Soo-ji mendapati kelasnya tenang dan jauh dari keributan siswa-siswi kelas lain. Namun, dia mulai merasa ada yang aneh ketika mengetahui bahwa kelasnya memiliki tradisi permainan yang disebut Pyramid Game.
Permainan ini diadakan sebulan sekali pada hari Kamis terakhir di setiap bulannya. Ada sistem peringkat di dalam permainan ini, dari A, B, C, D, E, dan F. Siswi yang berada di peringkat terakhir (F) akan dirundung oleh seluruh kelas.
Namun sayangnya tidak ada pilihan lain, Soo-ji terpaksa ikut dalam permainan tersebut. Pertama kalinya ikut, dia langsung mendapatkan peringkat F.
Sebagai siswi baru yang benar-benar tidak tahu menahu tentang situasi ini, Soo-ji harus menerima perundungan fisik dan non-verbal dari teman-teman sekelasnya. Mulai dari, dia dicaci maki, ditendang, dilecehkan di depan umum, bahkan cacing dimasukkan ke dalam mulutnya.
Melihat pertemanan dan hubungan yang tidak sehat di antara teman-temannya akibat permainan ini, Soo-ji memutuskan untuk mengubah keadaan. Dia bangkit dan mencari cara untuk melawan ketidakadilan tersebut.