Mohon tunggu...
Puspita Yudaningrum
Puspita Yudaningrum Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student in Bengkulu University, I love writing, and I'm a big dreamer who still fight to make it happen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menjadi Guru Itu Bencana!

30 Maret 2015   06:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menjadi guru sama sekali bukanlah cita-citaku. Bahkan bagiku menjadi guru adalah sebuah bencana besar. Dulu sempat menghindar dengan berbagai cara agar tidak masuk FKIP. Saat SMA aku mau kuliah di fakultas teknik, namun orang tua tidak mengizinkan. Beliau memintaku untuk menjadi guru. Saat itu dengan TERPAKSA aku mengikuti keinginan orang tua.

Aku memilih FKIP Bahasa Inggris. Mengapa Bahasa Inggris? Karena sewaktu SMA aku melihat guru Bahasa Inggris ku di bimbel bisa duduk dengan santai disaat guru-guru lainnya berkerut dahi memikirkan cara menyelesaikan soal yang ditanyakan para siswa. Hanya itulah alasanku memilih FKIP Bahasa Inggris, tidak lebih dan tidak ada yang istimewa.

Semester awal kuliah semuanya terasa datar, karena hidupku hanya seperti robot. Kuliah-belajar-pulang, tanpa ada yang menyenangkan dan tanpa sedikit pun keinginan untuk menjadi guru. Tidak sama sekali. Kuliah hanya untuk mengejar IP tinggi agar tidak dimarahi orang tua dan pembimbing akademik, hanya itu saja, tidak lebih. Namun semua itu lama-kelamaan berubah. Terlebih saat aku telah sudah terjun langsung untuk mengajar. Mulai dari pengalaman mengajar anak TK sampai mahasiswa. Meskipun belum terlalu banyak pengalaman yang aku miliki, namun telah mengajarkanku banyak hal.

Pengalaman mengajarkanku apa itu guru sesungguhnya. Ia mengajarkanku bahwa menjadi guru itu tidaklah seburuk dan semenyebalkan seperti yang aku kira. Menjadi guru tidaklah semembosankan seperti yang selama ini ku pikirkan. Menjadi guru tidak semudah seperti yang aku bayangkan sebelumnya. Menjadi guru bukan hanya tentang A,B,C dan 1,2,3 saja. Tapi menjadi guru adalah dimana kita menjadi seorang pendidik, teman, sahabat, bahkan orang tua untuk murid-murid kita.

Menjadi guru mengajariku tentang berbagi dengan ikhlas, karena tanpa keikhlasan ilmu yang diajarkan tidak akan tersampaikan sepenuhnya. Menjadi guru mengajarkanku untuk peduli dengan orang lain yang sebelumnya tidak aku kenal, bukan sanak keluarga, bahkan terkadang orang tersebut sangat menyebalkan. Menjadi guru mengajarkanku untuk memiliki kesabaran “tingkat dewa”, dimana harus sabar untuk mengajar anak-anak yang bandel, harus sabar membujuk anak yang tidak mau belajar, dll.

Menjadi guru mengajarkanku layaknya seorang pemain drama, dimana harus dapat memerankan tokoh-tokoh yang berbeda sesuai waktu dan keadaan. Ada saatnya menjadi seorang pendidik, ada waktunya menjadi seorang sahabat yang bersedia mendengarkan semua keluh kesah para siswa dan ada kalanya juga menjadi orang tua bagi mereka. Karena pada hakikatnya seorang guru bukan hanya pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan, tapi juga pendidik yang mengajarkan moral, pendidikan karakter, dan membimbing mereka menjadi lebih baik.

Menjadi guru itu seperti petualangan, dimana kita harus memiliki cara untuk menghadapi tantangan yang akan dihadapi. Akan selalu ada yang sesuatu yang berbeda setiap harinya dan yang pasti tidak semuanya menyenangkan, ada kalanya menyebalkan bahkan terkadang memuakkan. Tapi percayalah jika kita melakukannya dari hati yang tulus dan tidak mudah menyerah kita pasti bisa metaklukkan tantangan-tantangan tersebut bahkan membuat kita mencintainya. Karena pada dasarkan semua yang dilakukan dari hati dengan tulus dan ikhlas lama-kelamaan akan membuat kita jatuh cinta. Bahkan pangilan “ibu guru” atau “miss” adalah panggilan yang selalu aku tunggu-tunggu.

Being a teacher is not like a hell which I had thought before. Teacher is not just about transfer knowledge , it’s also about how to be a best friend, how to love others, and how to be a parent for your students. It will teach you a lot of things beyond your thinking.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun