Mangrove dan Keindahan Sunset Pesisir Laut
Petualangan Sore di HutanSore itu, aku memulai perjalanan menuju hutan mangrove di Nunukan dari Alun-Alun Nunukan. Perjalanan dimulai menjelang petang, dengan suasana yang semakin redup. Dari alun-alun, aku melanjutkan perjalanan menuju hutan mangrove yang terletak tidak jauh dari pelabuhan Tunon Taka dan Bandar Udara Nunukan.
Saat melintasi pesisir laut, pemandangan sekitar cukup menarik. Di sepanjang jalan, aku melihat banyak pengrajin rumput laut yang sibuk bekerja. Bau amis laut terasa cukup kuat, bahkan sebelum aku tiba di lokasi. Meski begitu, suasana pantai dan keindahan alamnya membuat perjalanan ini terasa menyenangkan.
Sesampainya di hutan mangrove, aku disuguhi pemandangan yang memukau. Hutan ini memiliki suasana yang damai dan sejuk, sangat kontras dengan hiruk-pikuk kota. Aku menghabiskan waktu beberapa saat di sana, menikmati keindahan alam sambil berjalan-jalan di jembatan kayu yang menghubungkan area mangrove.
Saat matahari mulai terbenam, aku memutuskan untuk kembali. Aku berhenti sejenak untuk melihat sunset di laut. Pemandangan matahari yang tenggelam di cakrawala sangat menawan, memberikan warna-warni yang indah di langit dan refleksi di permukaan laut. Aku membeli minuman dingin dengan menggunakan ringgit Malaysia di kios terdekat, menikmati suasana sore hari yang menyegarkan.
Setelah itu, aku mampir membeli oleh-oleh di dekat pelabuhan Tunon Taka. Ada banyak pilihan oleh-oleh yang menarik, dan aku memilih beberapa yang menurutku unik dan khas.
Sekitar waktu Maghrib, aku tiba kembali di hotel. Malam itu, aku memutuskan untuk menjelajahi Alun-Alun Nunukan. Setiap malam Minggu, alun-alun ini berubah menjadi pusat keramaian yang sangat berbeda dari malam-malam lainnya. Jalanan di sekitar alun-alun dipenuhi pedagang pekanan yang datang entah dari mana, menawarkan berbagai barang dan makanan.
Ada juga band lokal yang tampil, mengisi malam dengan musik yang meriah hingga larut malam. Suasana malam minggu di alun-alun sangat seru dan berbeda dari malam-malam biasa, memberikan pengalaman yang unik dan menyenangkan.
Salah satu yang menarik perhatianku adalah pedagang buah Lai, buah lokal asli Kalimantan yang tidak aku temui di daerah lain. Buah ini mirip dengan durian dalam versi kecilnya, baik dari segi rasa, tampilan, maupun bau, meskipun sebenarnya bukan durian. Harganya 25.000 per buah. Aku dan teman-teman mencobanya dan mengobrol santai sambil menikmati rasa unik dari buah Lai ini.
Karena sudah larut malam, aku kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Malam itu, setelah merasakan kehangatan keramaian dan keindahan malam minggu di Nunukan, aku merasa puas dan siap untuk beristirahat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H