Mohon tunggu...
Puspitasari Megahana
Puspitasari Megahana Mohon Tunggu... Guru - Guru SMKN 12 Jakarta

Guru Penggerak Angkatan 5 Jakarta Utara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)

29 Juni 2024   19:12 Diperbarui: 29 Juni 2024   19:37 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembekalan Calon Fasilitator Dasus/Intensif (Dokpri)

Sesi pendalaman modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) telah menjadi pengalaman yang sangat berkesan dan mencerahkan bagi saya. Dalam perjalanan ini, banyak aspek yang telah membuka pandangan baru dan mengubah cara berpikir saya sebagai seorang pendidik dan fasilitator. Salah satu bagian yang paling berkesan adalah ketika saya memahami betapa pentingnya kolaborasi seluruh komunitas dalam implementasi PSE. Sebelumnya, saya berpikir bahwa tanggung jawab PSE hanya ada pada guru di dalam kelas. Namun, ternyata, implementasi yang efektif memerlukan keterlibatan aktif dari seluruh komunitas sekolah, termasuk murid, orang tua, dan staf sekolah.

Pemahaman ini mengubah mindset saya secara signifikan. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengajaran keterampilan sosial dan emosional hanya bisa dilakukan melalui kegiatan kelas yang terstruktur dan terbatas pada waktu tertentu. Ternyata, keterampilan ini harus diajarkan dan diperkuat dalam setiap interaksi sehari-hari di sekolah dan di rumah. Kesadaran akan pentingnya keterlibatan semua pihak membuat saya menyadari bahwa PSE bukan hanya tentang mengajarkan keterampilan tertentu, tetapi juga tentang menciptakan budaya sekolah yang mendukung perkembangan sosial dan emosional murid secara holistik.

Perubahan pemikiran ini memiliki konsekuensi besar pada praktik saya sebagai pendidik dan fasilitator. Pertama, saya harus lebih proaktif dalam membangun kemitraan dengan orang tua dan komunitas sekolah. Ini bisa dilakukan melalui komunikasi yang lebih efektif dan melibatkan mereka dalam kegiatan sekolah yang berfokus pada pengembangan sosial dan emosional. Saya juga perlu memberikan pelatihan dan dukungan kepada rekan-rekan guru untuk memastikan mereka merasa percaya diri dan mampu mengintegrasikan PSE dalam pembelajaran mereka.

Selain itu, saya perlu lebih konsisten dalam menerapkan dan memodelkan keterampilan sosial dan emosional di dalam kelas. Misalnya, menggunakan teknik mindfulness seperti STOP secara rutin, tidak hanya ketika ada masalah, tetapi sebagai bagian dari rutinitas harian. Teknik ini membantu murid untuk mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri, yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif.

Untuk semakin mampu membantu Calon Guru Penggerak memahami konsep dan implementasi modul ini, ada beberapa strategi utama yang perlu saya latih dan kuatkan. Pertama, saya harus memperdalam pemahaman saya sendiri tentang kelima kompetensi sosial dan emosional: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Saya perlu mengeksplorasi berbagai cara bagaimana kompetensi ini bisa diajarkan melalui berbagai mata pelajaran dan situasi.


Kedua, saya harus mempraktikkan keterampilan fasilitasi yang efektif. Ini berarti mendengarkan dengan empati, mengajukan pertanyaan yang mendorong refleksi, dan menciptakan lingkungan diskusi yang aman dan terbuka. Dalam sesi pelatihan atau diskusi dengan Calon Guru Penggerak, saya perlu menggunakan pendekatan yang kolaboratif dan partisipatif, memungkinkan mereka untuk berbagi pengalaman dan belajar dari satu sama lain.

Ketiga, saya harus terus mengembangkan kemampuan dalam memberikan umpan balik yang konstruktif. Umpan balik yang baik tidak hanya menyoroti apa yang sudah dilakukan dengan baik, tetapi juga memberikan saran spesifik untuk perbaikan. Dalam konteks PSE, ini berarti membantu Calon Guru Penggerak melihat bagaimana mereka dapat lebih baik mendukung perkembangan sosial dan emosional murid mereka.

Keempat, penting bagi saya untuk memanfaatkan sumber daya dan teknologi yang tersedia untuk mendukung pembelajaran PSE. Ini bisa mencakup penggunaan video, artikel, dan alat interaktif yang membantu murid memahami dan mempraktikkan keterampilan sosial dan emosional. Teknologi juga bisa digunakan untuk memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antara guru, murid, dan orang tua.

Dalam prakteknya, saya perlu membuat rencana tindakan yang jelas dan terstruktur. Rencana ini harus mencakup tujuan spesifik, strategi yang akan digunakan, dan cara untuk mengevaluasi keberhasilan. Misalnya, saya bisa menetapkan tujuan untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam program PSE dengan mengadakan workshop bulanan dan mengirimkan newsletter yang berfokus pada tips PSE.

Secara keseluruhan, sesi pendalaman modul 2.2 PSE telah memberikan saya wawasan baru dan memperkuat komitmen saya untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan sosial dan emosional murid. Dengan terus mengembangkan diri dan menerapkan strategi yang efektif, saya yakin dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk memahami dan mengimplementasikan konsep PSE dengan lebih baik, sehingga berdampak positif pada seluruh komunitas sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun