Refleksi mengenai Budaya Positif mengajak kita untuk melihat lebih dalam bagaimana kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan siswa secara holistik. Budaya positif didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti rasa aman, cinta dan rasa memiliki, kekuasaan, kebebasan, serta kesenangan. Ketika kebutuhan dasar ini terpenuhi, siswa mungkin lebih mencapai" dunia berkualitas" di mana mereka merasa puas, berdaya, dan termotivasi untuk belajar. Â Â
Sebagai calon Guru Penggerak, sering kali kita secara tidak sadar mengambil salah satu dari lima posisi kontrol mengkritik, menghukum, mengancam, meremehkan, atau memanipulasi. Posisi kontrol ini biasanya diambil dengan tujuan untuk mengendalikan perilaku siswa, tetapi sebenarnya bisa merusak hubungan dan mengurangi motivasi intrinsik mereka. Refleksi mengenai posisi kontrol ini penting untuk memastikan bahwa kita tidak hanya fokus pada kepatuhan, tetapi juga pada pemahaman dan pengembangan karakter siswa. Â Â
Konsep segitiga restitusi membantu kita memahami bagaimana mengembalikan hubungan yang rusak akibat kesalahan atau perilaku negatif. Segitiga ini terdiri dari tiga langkah stabilisasi emosi, validasi nilai dan keyakinan, serta penciptaan rencana tindakan. Pertama, kita membantu siswa untuk menenangkan emosi mereka. Kedua, kita mengajak mereka untuk memahami nilai- nilai dan keyakinan yang mendasari perilaku yang lebih baik. Ketiga, kita membantu mereka merancang langkah konkret untuk memperbaiki kesalahan dan mencegah terulangnya perilaku negatif. Â Â
Dengan demikian, budaya positif dalam pendidikan bukan hanya soal mencegah perilaku buruk, tetapi juga menciptakan lingkungan di mana setiap siswa merasa dihargai dan didukung untuk berkembang. Memahami kebutuhan dasar manusia, menghindari posisi kontrol yang merugikan, dan menerapkan konsep segitiga restitusi adalah langkah- langkah penting dalam perjalanan ini. Sebagai calon Guru Penggerak, refleksi ini mengingatkan kita untuk selalu mengutamakan pendekatan yang humanis dan mendukung perkembangan karakter serta kognitif siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H