Mohon tunggu...
Puspitasari Megahana
Puspitasari Megahana Mohon Tunggu... Guru - Guru SMKN 12 Jakarta

Guru Penggerak Angkatan 5 Jakarta Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hajar Dewantara

26 Juni 2024   13:14 Diperbarui: 26 Juni 2024   20:40 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi 1 - Eksplorasi Konsep Modul 1.1 Pembekalan Calon Fasilitator Dasus/Intensif


Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan adalah kunci utama untuk membangun suatu bangsa. Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia yang legendaris, mengajarkan kepada kita bahwa pendidikan bukan hanya sekadar memasukkan pengetahuan ke dalam pikiran murid, tetapi juga membentuk karakter dan memerdekakan mereka dari belenggu ketidaktahuan dan keterbatasan diri. Filosofi pendidikan beliau, terutama melalui gagasan tentang "Taman Siswa", menekankan pentingnya memberikan pendidikan yang merangkul keberagaman, memupuk kreativitas, dan menghargai identitas lokal.

Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa setiap anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi mereka. Ia juga mengajarkan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya mengajarkan kecerdasan intelektual, tetapi juga moral, etika, dan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan yang sesungguhnya adalah yang mampu menciptakan manusia yang bertanggung jawab, sadar akan hak dan kewajibannya dalam masyarakat, serta memiliki kepekaan terhadap keadilan sosial.

Dasar-dasar pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara tidak terbatas pada ruang kelas saja. Ia memperluas konsep pendidikan untuk mencakup pembelajaran sepanjang hayat dan pendidikan karakter yang membentuk kepribadian yang tangguh dan berintegritas. Dalam hal ini, Taman Siswa tidak hanya sekadar lembaga pendidikan formal, tetapi juga sebuah gerakan sosial untuk memerdekakan masyarakat dari keterbelakangan dan ketidakadilan.

Refleksi Seorang Guru Penggerak
Sebagai seorang guru yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, saya percaya bahwa peran sebagai agen perubahan sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang memerdekakan murid. Menjadi guru yang mampu memerdekakan murid tidak hanya tentang memberikan pengetahuan, tetapi juga membuka pintu untuk mereka mengeksplorasi, mengemukakan pendapat, dan mengasah keterampilan mereka tanpa batasan.

Dalam konteks ini, strategi pembelajaran yang memerdekakan murid haruslah sesuai dengan konteks sosial budaya dan nilai-nilai luhur budaya. Salah satu strategi yang saya terapkan adalah mengintegrasikan budaya lokal ke dalam kurikulum dan pembelajaran sehari-hari. Melalui pengenalan dan penghargaan terhadap budaya lokal, murid tidak hanya belajar tentang sejarah dan tradisi, tetapi juga mengembangkan rasa bangga akan identitas mereka sendiri.


Pembelajaran yang memerdekakan juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan teknologi. Teknologi dapat menjadi alat untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan, memperluas wawasan, dan memfasilitasi kolaborasi global. Namun demikian, penggunaan teknologi haruslah bijak, tidak menghilangkan nilai-nilai budaya dan sosial yang menjadi pondasi keberadaan kita.

Selain itu, penting bagi seorang guru untuk menjadi fasilitator dan pembimbing, bukan hanya penyampai informasi. Saya berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, di mana setiap suara didengar dan setiap bakat dihargai. Saya memotivasi murid untuk menjadi pemikir kritis, mandiri, dan berani mengemukakan ide-ide mereka sendiri.

Implementasi dalam Konteks Sosial Budaya
Dalam menerapkan strategi pembelajaran yang memerdekakan murid, saya senantiasa mengacu pada konteks sosial budaya tempat saya mengajar. Setiap daerah memiliki kekayaan budaya yang berbeda-beda, dan sebagai guru, saya memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa pembelajaran tidak hanya relevan tetapi juga menghormati nilai-nilai lokal. Misalnya, menghidangkan makanan tradisional daerah atau mengadakan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah di sekitar sekolah.

Integrasi nilai-nilai luhur budaya juga menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran. Melalui pendekatan ini, saya tidak hanya mengajar mata pelajaran tetapi juga mengajarkan tentang toleransi, gotong royong, dan rasa saling menghormati. Saya yakin bahwa dengan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai budaya, murid dapat tumbuh menjadi individu yang lebih berempati dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Kesimpulan
Sebagai guru, saya menyadari bahwa menjadi agen perubahan dalam pendidikan adalah suatu kehormatan dan tanggung jawab besar. Dengan menerapkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, saya berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang merangsang kreativitas, menghargai keberagaman, dan memerdekakan murid dari batasan-batasan yang ada. Melalui pendekatan ini, saya tidak hanya mengajarkan pengetahuan tetapi juga membantu murid memahami perannya dalam membangun masa depan yang lebih baik untuk bangsa dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun