Mohon tunggu...
Puspita Indah
Puspita Indah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tanggap Darurat Risiko pada Gunung Semeru

13 Desember 2021   17:45 Diperbarui: 14 Desember 2021   12:15 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peningkatan aktivitas Gunung Semeru telah diketahui sejak 1 Desember 2021. Namun ketika awan panas guguran meluncur dari puncaknya, kepanikan warga tak terhindarkan, hingga puluhan jiwa jadi korban. Lalu pada 4 Desember 2021  terjadi erupsi pada gunung semeru yang menyemburkan asap tebal awan panas.

pasca bencana Gunung Semeru yang meletus membuat jalur aliran lahar berubah, banjir yang meratakan rumah-rumah, hekataran sawah dan juga menyapu bersih semua ternak-ternak milik warga sekitar bahkan warag pranojiwo dan sumberwuluh, kabuaten lumajang yang terdampak abu vulkanik bercampur air hujan.

BNPB mencatat hingga Sabtu 11 Desember 2021 pukul 18.00 WIB, korban meninggal akibat awan panas guguran Gunung semeru mencapai 46 orang. "Dampak korban jiwa lainya yaitu sembilan jiwa masih dinyatakan hilang, sedangkan luka berat 18 jiwa dan luka ringan 11 jiwa" kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB pada BBC News Indonesia

Tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) yang terdiri dari personel Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan, dan warga dibagi ke dalam empat grup dimana tiga grup berfokus pada pencarian di tiga sektor sedangkan satu lainnya bersiaga mengevakuasi dan membantu pendataan warga terdampak bencana. Grup sektor pertama melakukan pencarian di Dusun Kajar Kuning dan Curah Kobokan, grup kedua di daerah tambang Pasir H. Satuhan, dan grup ketiga di Dusun Kebondeli dan Kampung Renteng.

Dengan banyaknya korban jiwa yang berjatuhkan maka banyak yang bertanya mengapa tidak ada peringtan dini dan jika ada peringatan dini tersebut apakah berfungsi sebelum kejadian karena sejumlah warga mengaku kecewa tidak mendapatkan peringatan dini terkait prediksi munculnya erupsi. Kepala PVMBG Andiani menyebut telah memberikan peringatan dini ke pemerintah daerah, tokoh masyarakat setempat, dan pihak terkait lainnya untuk mengantisipasi awan panas guguran.

Vulkanolog Surono mengatakan pada BBC News Indonesia, bencana alam yang menimbulkan korban jiwa dan berulang kali terjadi di Semeru dan wilayah rawan lainnya di Indonesia dipicu oleh pengelolaan tata ruang yang salah. Banyak pembangunan tata ruang yang tidak berbasis dengan peta rawan bencana.

Kejadian risiko            : kesiapan warga pada bencana erupsi gunung semeru

Pemilik risiko              : warga sekitar atau masyarakat yang bermukim sekitar wilayah gunung semeru dan juga wisatawan yang berwisata kegunung tersebut.

Identifikasi resiko       : pada kejadian risiko ini yaitu kesiapan warga pada bencana erupsi gunung semeru memiliki probabilitas 3 (sedang). Dampak risiko pada kesiapan warga adalah 4 (berat). Warga mengaku kecewa karena tidak mendapatkan peringatan dini terkait pediksi erupsi Gunung Semeru dan banyaknya korban jiwa yang berjatuhan. Berdasarkan probabilitas dan dampaknya diperoleh skor risiko inherent sebersar 12 dimana kategori sebagai extreme high.

Perlakuan risiko           :

  • Perlakukan risiko yang dapat di lakukan adalah memberikan edukasi kepada warga sekitar atau masyarakat tetang arti peringatan dini dan proses dalam melakukan evakuasi.
  • Merangkul kepala desa atau juru kunci yang memiliki kekuatan untuk mengerahkan warga untuk mengungsi.
  • Selalu diinformasikan aktivitas semeru pada warga sekitar atau masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun