Populartias jokowi yang kian meningkat menjadi topik hangat dalam setiap perbincangan. Obrolan di warung kopi, obrolan ibu ibu di pasar, obrolan (maaf) tukang beca dan kuli angkut, bahkan sampai anak kecil pun mengenal jokowi sebagai seorang figur yang benar benar merakyat. Ini tidak dapat dipungkiri karena jokowi selalu mengedepankan kerja dan kerja tanpa embel embel pencitraan. Elektabilitas tinggi yang didapat oleh Jokowi tidaklah mengherankan, karena dalam setiap Jokowi memimpin suatu daerah yang dilihat adalah bahwa bukti nyata dari keberhasilan Jokowi. Blusukan sebagai “trademark” Jokowi memang mampu meningkatkan angka elektabilitasnya. Blusukan sendiri mengandung arti ikut turun ke rakyat, mendengarkan aspirasi rakyat, melihat keadaan yang terjadi dan diakhiri dengan kebijakan untuk rakyat. Ini lah sosok pemimpin yang dirindukan oleh Indonesia.
Jika kita melihat Prabowo Subianto sebagai capres Indonesia, apakah sudah merakyat. Gaya kepemimpinan Prabowo yang cenderung militeristik memmbuat dia seperti memiliki jarak kepada rakyat. Lihat saja dalam setiap kampanye Prabowo mengendarai kuda seperti layaknya seorang pimpinan yang ingin dipuja oleh rakyat. Pemujaan yang semu. Dalam kesehariannya pun Prabowo tidak menunjukan bahwa dia dekat dengan rakyat. Setiap aktivitas yang dijalankannya selalu menggunakan mobil mewah. Mobil mewah yang berharga ratusan juta sebagai kendaraan pribadinya. Bandingkan dengan Jokowi tanpa dikawal oleh protokoler kenegaraan. Voorider di hilangkan, atau Jokowi yang mau turun ke daerah banjir, mengecek saluran air bahkan sampai masuk pada gorong gorong saluran air.
Lain halnya dengan Aburizal Bakrie atau dikenal dengan nama ARB. Ini sosok seorang calon pemimpin yang harus dipertanyakan kedekatannya kepada rakyat. Indikasinya adalah jelas LUMPUR LAPINDO dan “plesiran” Maldives. Llihat saja ARB dan lumpur lapindo nya yang tak henti menuai kerugian masyarakat Porong Sidoarjo. 8 tahun lumpur lapindo merusak alam Sidoarjo, memberikan ketidakpastian hidup terhadap masyarakat Porong, Sidoarjo. 8 tahun juga lapindo membelenggu rasa kenyamanan warga Porong, Sidoarjo yang merupakan hak azazi dari setiap warga negara. Pembayaran ganti rugi yang tak kunjung usai, lalu menyerahkan tanggung jawab kepada negara. Atau seorang calon pemimpin yang hobinya “plesiran” ke Maldives tanpa memikirkan bagaimana susahnya masyarakat Porong, Sidoarjo yang sedang kesulitan hidup akibat ulah dari ARB. Apa itu contoh seorang pemimpin yang baik?
Jika kita komparasi terhadap ketiga capres tersebut jelas bahwa jokowi lebih unggul. Kedekatan terhadap rakyat memang tak bisa dibohongi. Saya sudah muak melihat sikap para pemimpin dan calon pemimpin yang selalu berbicara tentang rakyat tapi hasilnya nihil. Pilihlah presiden Indonesia yang memiliki kedekatan emosional yang benar-benar merakyat. Jangan mau dibohongi oleh pencitraan tanpa dilandasi oleh bukti konkrit dan riil. Sosok Jokowi yang memang benar benar telah terbukti merakyat tanpa embel embel pencitraan. Pencitraan terbentuk bukan karena ingin dicitrakan namun terbentuk atas dasar kerja untuk rakyat. Presiden sebenar benarnya untuk rakyat, JOKOWI jawabannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H