Mohon tunggu...
Ita Friedrich
Ita Friedrich Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Istri dan Ibu dari 2 anak laki2 yang cakep. Baik hati dan tidak sombong ( haaaalaaah), suka bercanda, suka main petak umpet... Berusaha menolong sebisa mungkin...tapi kalau tidak bisa yaaa mau bagaimana lagi.... Suka jahil tapi suka menyesali kejailannya.... dan sayang banget ma rakyat jelata, suka makanan tradisional, jajan pasar, dan kopi pahit...suka keluyurun di tempat kumuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Dalam Diamku

13 April 2015   11:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:10 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pekat sunyi kian merekat
Dingin menggigil saat rasa tercekat
Rintih burung di malam mendekat
Sepi mengiris hati yang terpikat
Pada sebuah rindu nan mengikat
--

Selasar jiwa dalam gelisah
Di tepian rasa mendekap resah
Ku tlah melangkah di puncak lelah
Dan kutemui bekunya cinta tiada sisakan celah
Meski harap ini tak letih mendesah
--
Senja yang jingga datang kembali
Lekung senyummu hadir lagi
Bagai sebuah mimpi yang hampir terhenti
Menggapai jiwamu tuk menepi
Dalam dekap hangat perapian rindu menanti
--

*Dalam diamku ada kekuatan rasa tuk terus tepikan semua keangkuhan diri*

Leonberg, 13.04.2015
By Ita Friedrich

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun