Mohon tunggu...
Ita Friedrich
Ita Friedrich Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Istri dan Ibu dari 2 anak laki2 yang cakep. Baik hati dan tidak sombong ( haaaalaaah), suka bercanda, suka main petak umpet... Berusaha menolong sebisa mungkin...tapi kalau tidak bisa yaaa mau bagaimana lagi.... Suka jahil tapi suka menyesali kejailannya.... dan sayang banget ma rakyat jelata, suka makanan tradisional, jajan pasar, dan kopi pahit...suka keluyurun di tempat kumuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menatap Hari Tanpa Jemu

31 Maret 2014   11:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sendiri diantara kebisuan senja
Dalam temaram malam menghiba
Sebuah rindu berkelebat menggoda
Desah gelora menghujam rasa
Namun tirai itu kian berdiri di lamunan jiwa
-
Ku termangu di keheningan sunyi
Yang selalu setia menemani
Setiap desah ragu tiada letih menari
Di setiap hadir bayangmu disini
Ku tiada tahu sampai kapankah ini berlalu dari hati
--
Senyum itu kembali ada di dekap rindu
Dirimu tersipu saat menyapaku yang terharu
Di ujung pagi ku terjaga dari mimpi mengisi tidurku
Sendupun menghilang dari belenggu. waktu
Hanya di genggaman cinta kan menatap hari tanpa ada jemu
--
Leonberg, 31.03.2014
By Ita Friedrich

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun