Mohon tunggu...
Ita Friedrich
Ita Friedrich Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Istri dan Ibu dari 2 anak laki2 yang cakep. Baik hati dan tidak sombong ( haaaalaaah), suka bercanda, suka main petak umpet... Berusaha menolong sebisa mungkin...tapi kalau tidak bisa yaaa mau bagaimana lagi.... Suka jahil tapi suka menyesali kejailannya.... dan sayang banget ma rakyat jelata, suka makanan tradisional, jajan pasar, dan kopi pahit...suka keluyurun di tempat kumuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kenyataan Pasti

15 Juli 2014   11:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:18 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Detak demi detak kian berlalu
Ketika pedih yang tiada usai menyulut perapian sendu
Kisah kisah yang mengiris sungguh memilu
Duka menghujam lara disudut rindu
Dan waktupun berlari di depan bayang nan bisu
--
Sungguhkah ini diriku yang sekarang
Ataukah hanya ilusi menghiasi angan
Sedangkan gulita kian mengelantung di awan
Dan malampun bergumul dengan kelam yang menghadang
Hingga kurasakan penat merekat rasa dalam hampa
--
Rona mentari mengintip malu dicelah pagi
Sayup kudengar cicit sipipit mungil Seolah mengajak tuk bangkit dari mimpi yang membuai
Hadapi kenyataan yang pasti
Mengejar kembali jiwa yang tlah pergi
--
Leonberg, 15.07.2014
By Ita Friedrich

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun