Mohon tunggu...
Ita Friedrich
Ita Friedrich Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Istri dan Ibu dari 2 anak laki2 yang cakep. Baik hati dan tidak sombong ( haaaalaaah), suka bercanda, suka main petak umpet... Berusaha menolong sebisa mungkin...tapi kalau tidak bisa yaaa mau bagaimana lagi.... Suka jahil tapi suka menyesali kejailannya.... dan sayang banget ma rakyat jelata, suka makanan tradisional, jajan pasar, dan kopi pahit...suka keluyurun di tempat kumuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pendakian Asa

30 Oktober 2014   22:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:07 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Letih ini kian penat di tebing pendakian asa
Ku tiada sanggup lagi menggapai semua
Hatimu terlalu jauh di ujung sana
Sesak menghimpit dalam gemetar lara
Mampukah ku tembus tirai membatasi jiwa
-
Temaram senja datang menghampiri
Mengajak mentari yang jingga tuk rebahkan diri
Berganti malam mengusap kelam dengan setiap mimpi
Di pembaringan rindu ku kuterbuai
Pada sebuah angan yang enggan pergi
--
Dalam dekapan awan ada setitik sinar mengintip malu
Seperti nada cinta masih bergema di sudut kalbu
Tiada percaya ku buka mataku
Lekung pipi dan senyum manismu menghiasi wajahmu nan lugu
Perlahan kau usap lenganku selembut sutra asmara kasihmu
--
Leonberg, 30.10.2014
By Ita Friedrich

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun