Mohon tunggu...
Puspita Melati
Puspita Melati Mohon Tunggu... Guru - Karena Karya Kita Ada

Hai sobat kompasiana, perkenalkan saya Puspita Melati, saat ini saya sebagai pendidik di SMA N 2 Kebumen dari tahun 2015 hingga sekarang dengan mengampu mata pelajaran Seni Budaya. Berawal dari mengikuti sanggar tari di daerah sejak usia 8 tahun, saya merasa memiliki potensi diri dalam bidang seni khususnya tari, sampai pada akhirnya mengikuti berbagai event di ajang seni, hingga memilih jurusan pendidikan seni tari untuk karir ke depan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) bagi Guru Seni Budaya di Era Digital

22 Desember 2022   22:11 Diperbarui: 22 Desember 2022   22:14 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan tersebut perlu di dorong dalam pengembangaan potensi setiap individu untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di era mendatang. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi tantangan bagi guru, peran seorang guru dalam proses pembelajaran selama ini masih mendominasi, sehingga belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang, baik secara mandiri maupun kolaboratif. Era digital memberikan peran yang sangat penting karena guru dituntun untuk melek teknologi, untuk mendukung arus globalisasi. Teknologi digital merupakan sebuah proses revolusi yang mau tidak mau harus dilakukan, untuk mendukung tujuan pendidikan di Indonesia. Proses pendidikan di era ini menuntut guru mampu mengintegrasikan teknologi informasi dan Komunikasi pada mata pelajaran yang diampu. Tentunya, hal ini akan berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas. Jika guru mampu menggabungkan teknologi dengan konten yang menarik dan berkualitas dalam pembelajaran, maka berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran seni tari merupakan bagian dari cabang seni budaya yang dalam proses pembelajarannya lebih banyak pada praktek (hardskill) dibandingkan teori (softskill). Menurut Wagner (2008) yang termasuk soft skills salah satunya berupa kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Menurut Zubaidah (2010) Beberapa hasil penelitian pendidikan menunjukkan bahwa berpikir kritis mampu menyiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, serta dapat dipakai untuk menyiapkan peserta didik untuk menjalani karir dan kehidupan nyatanya. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran berfikir kritis akan mempengaruhi kehidupan siswa meskipun sudah meninggalkan pendidikan formal.

Pemecahan masalah dalam proses pembelajaran perlu dilakukan upaya strategis diantaranya pemilihan model pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, sehingga didapati hasil yang maksimal. Salah satu model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran seni tari adalah pembelajaran berbasis masalah. Model Pembelajaran berbasis masalah atau yang dikenal Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata yang ditemui dilingkungan sekitar sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep baru melalui kemampuan berpikir kritis. Dalam model ini, peserta didik dituntut aktif dalam pemecahan masalah dengan mengkondisikan aktivitas belajar yang dalam meningkatkan keterampilan berpikir.

Selain model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) strategi lain dapat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi informasi melalui media pembelajaran inovatif. Guru secara kreatif menyiapkan media pembelajaran inovatif dalam proses penyampaian materi, sehingga motivasi belajar peserta didik akan meningkat. Keberadaan teknologi di era digital ini, dapat menggantikan atau membantu peran guru terutama pada aspek pengajaran yang bertumpu pada transfer of knowledge, namun tidak dapat menggantikan peran guru sebagai pendidik, yang bertugas membentuk karakter, kepribadian, dan sikap melalui penanaman nilai-nilai profil pelajar pancasila, yang menjunjung keteladanan dalam meningkatkan karakter yang baik pada peserta didik.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun