Mohon tunggu...
Dini Puspitasari
Dini Puspitasari Mohon Tunggu... -

Olshop owner

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Penyebaran Virus pada Anak-anak

15 April 2014   15:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya tinggal di perkotaan tapi perkampungan (bukan perumahan). Dengan tetangga kami saling mengenal. Bahkan gotong royong masih dilaksanakan di tempat kami. Kekeluargaan antar tetangga juga masih ada walaupun tak sekental seperti di pedesaan yang sesungguhnya.

Di lingkungan kami banyak anak-anak kecil bayi dan balita. Pagi dan sore hari menjadi ajang ibu-ibu mengajak anaknya bermain keluar rumah. Ada yang sambil menyuapi anaknya atau sekedar ingin berkumpul dengan ibu-ibu yang lain, ngrumpi.

Keponakan saya yang masih berusia 1.5 tahun pun tak pernah absen ikut nimbrung, kecuali cuaca tidak mendukung. Biasanya ia keluar bersama ibunya sambil disuapi. Makan sambil bermain terbukti meningkatkan nafsu makan keponakan saya. Jadi ibunya pun lebih senang mengajak anaknya makan sambil bermain, walaupun resikonya ia harus mengikuti kemana anaknya berjalan. Mengejar ayam, melihat burung dan lain sebagainya.

Namun kebiasaan ini bukan tanpa resiko. Resiko yang sering terjadi adalah penularan penyakit yang disebabkan oleh virus secara cepat. Ketika satu anak terjangkit virus, besar kemungkinan anak-anak yang lain pun akan terkena virus tersebut. Pernah suatu ketika saat keponakan saya berusia 8 bulan. Salah satu anak tetangga kami terkena virus kaki tangan dan mulut. Dimana si anak terkena sariawan yang banyak di mulutnya. Sehingga anak tidak mau makan dan minum. Bahkan susu yang biasanya ia suka pun enggan di minumnya. Selang beberapa hari keponakan saya terkena gejala yang sama dengan tetangga itu. Diawali dengan susah makan dan minum, kemudian nge-ces yang terus menerus. Setelah di cermati oleh ibunya ternyata di mulutnya ada banyak sariawan yang masih kecil-kecil. Langsung tanggap darurat, si kecil di bawa ke rumah sakit dan diberi obat sariawan oleh dokter.

Tak sampai disitu ternyata hampir semua anak yang suka berkumpul-kumpul itu satu per satu terjangkit virus yang sama dengan gejala yang sama pula. Selain itu juga pernah virus campak mewabah di lingkungan kami.

Daya tahan tubuh anak memang masih sangat lemah apalagi untuk bayi. Ketika ibunya flu, maka si bayi biasanya akan ikut pilek juga. Untuk itu bagi para ibu dan calon ibu (seperti saya yang suatu saat nanti jadi ibu), jangan meremehkan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus. Karena penyebarannya sangat mudah dan cepat. Bisa melalui udara. Memang benar sekarang dunia kedokteran sudah berkembang pesat. Tapi apa salahnya kalau kita bisa mengurangi pemberian obat-obatan kepada anak-anak kita. Sebaik-baiknya obat-obatan pabrik masih lebih baik obat tradisional karena minim efek samping. Masih terlalu kecil mereka untuk terkena paparan obat-obatan kimia tersebut. Misalnya anak batuk, coba cari tahu obat tradisionalnya dulu. Usahakan sediakan madu di rumah. Tapi ingat menurut penelitian terbaru, madu belum boleh diberikan pada anak di bawah umur satu tahun.

Jadi mari kita hindari rumah sakit selagi masih bisa. Jangan biarkan anak-anak kita menjadi pengkonsumsi obat-obatan pabrik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun