Mahasiswa KKN-T IPB tahun 2023 di desa Cageur mengulik serta mencari informasi dari beberapa sumber mengenai sejarah dan fakta unik Cagar Budaya Eyang Dalem Cageur. Seperti pada hari Selasa 04 juli 2023, seluruh anggota kelompok KKN IPB di desa Cageur mengunjungi rumah Ketua POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) desa Cageur untuk mencari informasi seputar sejarah cagar budaya yang memiliki hubungan dengan sejarah berdirinya desa Cageur. Mendapati informasi selanjutnya, kelompok KKN ini juga mengunjungi rumah Bapak Ubay, selaku masyarakat setempat yang mengetahui sejarah singkat dan fakta unik mengenai Situs Cagar Budaya Eyang Dalem Cageur.
Cagar Budaya Eyang Dalem merupakan salah satu destinasi wisata religi yang berlokasi di Jawa Barat, tepatnya di Desa Cageur, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan. Cagar budaya ini berada di tengah-tengah hutan lindung seluas 12,62 ha, dengan 2,58 ha merupakan kawasan yang dijadikan sebagai area inti. Daya tarik utama situs Makam Eyang Dalem adalah hamparan lumut yang begitu memesona sehingga sangat layak dijadikan sebagai lokasi untuk berfoto. Tidak hanya itu, pada area inti cagar budaya juga terdapat sebuah petilasan Prabu Siliwangi bersama enam prajuritnya yang konon sempat singgah sesaat di lokasi tersebut.
Menurut sejarah, Eyang Dalem Cageur merupakan sosok yang diutus oleh Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan agama di daerah Kuningan. Selain itu, menurut informasi turun-temurun yang beredar di masyarakat, Eyang Dalem lah yang menjadi penemu Desa Cageur. Desa Cageur sendiri diberi nama Cageur oleh Eyang Dalem yang bermakna 'sehat' atau 'pulih'. Penamaan tersebut berawal dari sebuah kisah yang menceritakan bahwa kala itu Pangeran Arya Kemuning --Sang Adipati Kuningan atau Panglima kepercayaan Sunan Gunung Jati-- datang ke daerah Sakerta Barat saat dirinya sedang sakit. Konon katanya, Pangeran Arya Kemuning menjadi sehat kembali setelah mandi di sebuah sumur yang bernama Cikajayaan/Cikahuripan yang  berada tidak jauh dari situs makam Eyang Dalem. Hal inilah  yang menjadi cikal bakal Eyang Dalem menamakan desa temuannya dengan nama Cageur.
Menurut cerita turun-temurun dari para leluhur, lokasi yang kini ditetapkan sebagai situs Eyang Dalem sebelumnya merupakan lokasi yang dulunya sering dijadikan titik berkumpul para Wali Songo, selain tempat berkumpul utama mereka yang berada di Ciremai. Selain di Desa Cageur, barang-barang milik Eyang Dalem juga ditemukan di Desa Paninggaran yang berada tidak jauh dari Desa Cageur. "Pokoknya teh, Ikan Dewa jadi ciri utama kalau Eyang Dalem dan muridnya pernah singgah atau tinggal di tempat itu. Nah, Ikan Dewa yang ada di Balong Keramat nandain kalo Eyang Dalem pernah tinggal di Cageur" ujar Kang Deden, Ketua Pokdarwis Jagawana yang ditemui oleh mahasiswa KKN IPB di kediamannya.
Tidak hanya memiliki sejarah yang unik, Situs Cagar Budaya Eyang Dalem juga memiliki banyak hal lain yang tidak kalah menarik untuk dikulik. Selain terdapat makam Eyang Dalem Cageur, terdapat pula beberapa sumur seperti Cikajayaan, Cipabeasan, Ciharashas, dan Citamiyang. Hamparan lumut yang menjadi ciri khas cagar budaya ini juga sering menjadi lokasi foto prewedding bagi para calon pasangan pengantin ataupun sekadar foto bersama teman atau keluarga. Konon katanya, pasangan yang berfoto di depan pohon Kiara Kembar --salah satu ikon Cagar Budaya Eyang Dalem-- diyakini akan memiliki anak kembar.
Selain itu, karena lokasinya yang berada di tengah-tengah hutan lindung, Situs Cagar Budaya Eyang Dalem ditumbuhi banyak jenis pepohonan yang unik dan langka. Mulai dari Saninten, Manjel, Kupa, Kiara, hingga sejenis bambu langka yang dapat dijadikan obat tetes mata tumbuh dengan subur di kawasan tersebut. Selain itu, terdapat juga 92 jenis anggrek seperti Anggrek Tanah dan 168 jenis tumbuhan berkayu lainnya.
Hingga saat ini, Situs Cagar Budaya Eyang Dalem masih sebatas lokasi wisata religi yang belum begitu banyak dikunjungi oleh wisatawan. Situs ini biasanya hanya akan ramai pada saat waktu-waktu tertentu, seperti saat Maulid Nabi, bulan Syawal, dan Jumat Kliwon. Bagi para pengunjung yang ingin memasuki kawasan Eyang Dalem, terdapat beberapa aturan serta pantangan yang harus dipatuhi, seperti tidak meludah di sembarang tempat, tidak memasuki kawasan jika sedang haid, tidak boleh memakai topi, tidak boleh memetik daun yang ada di dalam cagar budaya; kecuali untuk kebutuhan penelitian, dan tidak boleh asal mengangkat atau memindahkan kayu yang telah tumbang.
Untuk rencana kedepannya, Situs Cagar Budaya Eyang Dalem akan dikembangkan dengan tiga fokus utama, yaitu ekowisata, wisata religi, dan wisata rekreasi. Konsep pengembangan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan sektor perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Desa Cageur. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H