Faktor ekonomi masih menjadi faktor utama penyebab banyaknya masyarakat Indonesia yang bekerja di luar negeri sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia).Â
Bekerja di luar negeri merupakan salah satu peluang dan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan keterampilan, menambah pengalaman, serta meningkatkan ekonomi keluarga menjadi lebih baik. Seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan membantu pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan.
Setiap negara selayaknya dapat mensejahterakan warga negaranya. Begitu pun sebaliknya dengan masyarakat, tentunya ingin mendapatkan hidup yang baik dan tercukupi oleh pemerintah.Â
Dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup dan pekerjaan yang layak, ini dapat membantu masyarakat untuk menafkahi keluarga dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, kenyataan tak sebanding dengan keinginan. Lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah ternyata tak sebanding dengan banyaknya penduduk Indonesia.
Pada dasarnya, setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan sandang, papan, pangan, dan kebutuhan lainnya seperti pendidikan. Demi memenuhi seluruh kebutuhan tersebut, tentunya masyarakat berupaya mendapatkan uang dengan bekerja. Melihat kurangnya lapangan pekerjaan yang telah disediakan pemerintah, tak heran banyak masyarakat yang memilih alternatif lain untuk mencari mata pencaharian di luar negeri yaitu sebagai TKI.
Bahkan saya beberapa kali menemukan orang yang telah menempuh pendidikannya hingga S1, dan mereka rela untuk sementara meninggalkan gelar sarjananya dengan bekerja sebagai TKI demi keinginannya untuk melanjutkan pendidikan hingga S2.Â
"Saya lagi cari dana, Mbak. Untuk ngelanjutin S2. Kebetulan bos saya gak punya anak, jadi cuma beres-beres aja. Doain ya, Mbak. Semoga setelah pulang nanti, saya bisa ngelanjutin S2," tutur Reni Yuliana, seorang TKW asal Lampung Timur yang pernah menempuh pendidikannya di IAIN Metro (Institut Agama Islam Negeri) jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah).
Teman satu kelas saya pun seorang Sarjana, pernah menjadi mahasiswi di Universitas Lampung jurusan Ilmu Administrasi Bisnis. Dia pernah bekerja sebagai buruh di pabrik spare part kunci di Tai Chereng, Taiwan. Itu pun dia lakukan demi mewujudkan keinginannya untuk melanjutkan pendidikan hingga S2.Â
"Saya kerja di pabrik spare part, nih. Ingin banget lanjut S2, tapi belum ada dana," tutur Desi Puspita W.S. saat saya tanya mengenai penerbangannya ke negara Taiwan.
Memang, iming-iming gaji yang menggiurkan menjadi salah satu faktornya. Gaji yang empat kali lipat lebih besar dibanding gaji asisten rumah tangga di Indonesia, dan bisa lima kali lipat dari pekerja buruh di Indonesia ini memang menggiurkan bagi sebagian masyarakat negara kita.Â