PERAN FILSAFAT BAHASA DALAM KEBUDAYAAN
Puspa Kumala Ningrum, Vera Sardila, M.Pd
“TIDAK PERLU MENJADI ORANG LAIN AGAR DISUKAI BANYAK ORANG”
ABSTRAK
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia, kata berangkai dari kata philein yang berarti mencintai, dan Sophia berarti kebijaksanaan. Filsafat muncul sebagai kritik terhadap mitos dan mitologi, mitos dan mitologi adalah kepercayaan budaya Yunani kuno yang menentang campur tangan dewa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Filsafat bahasa dalam filsafat analitik mengkaji sifat bahasa, hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa, dan dunia. Pengkajiannya mecakup sifat makna, intensionalitas, referensi, konstitusi kalimat, konsep, pembelajaran, dan pemikiran. Filsafat bahasa dapat diartikan sebagai “filsafat” berdasarkan bahasa mengandung pengertian bahwa seseorang filosof itu ingin berfilsafat dan mencari sebuah sumber yang dapat dijadikan titik pangkal yang menyediakan bahan-bahan yang diperlukan. Verhar memberikan dua pengertian “bahasa” yang dijadikan titik pangkal untuk berfilsafat, dalam filsafat berdasarkan bahasa ini, yaitu bahasa yang diartikan eksklusif dan bahasa yang diartikan inklusif. Bahasa dalam pengertian eksklusif ialah “bahasa” yang didefenisikan sebagai alat komunikasi sehari-hari, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa dalam pengertian inklusif ialah “bahasa” yang tidak digunakan dalam komunikasi sehari-hari, seperti bahasa tari, bahasa musik, bahasa cinta, bahkan bahasa alam semesta.
Keyword : filsafat, bahasa, kebudayaan
PENDAHULUAN
Filsafat lahir dalam budaya untuk mereformasi dan mengkritik budaya. Berkat filsafat, budaya mitos dan mitologi perlahan mulai ditinggalkan, terlihat sangat jelas bahwa sumbangan filsafat dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan. Peran filsafat bagi kebudayaan tidak lain adalah membantu kebudayaan mencerminkan nilai-nilai yang ada, mencermati dan menemukan nilai-nilai yang benar-benar autentik dalam kebudayaan yang hidup.
Manusia adalah makhluk rasional dan budaya, sebagai makhluk rasional, manusia diberi kemampuan berpikir, bernalar, mengambil keputusan dan membuat pilihan yang rasional. Sebagai makhluk budaya, manusia hidup dalam suatu sistem budaya, bahkan dapat dikatakan bahwa budaya membentuk kehidupan seseorang. Nalar memberi orang kesempatan untuk berpikir dan merenungkan budaya mereka,. Memikirkan budaya berarti berfilsafat tentang budaya, karena filsafat tidak lebih dari aktivitas rasional pikiran untuk berpikir, menciptakan ide, membentuk konsep tertentu, menghubungkan satu ide dengan ide yang lain, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan cara sederhana dan terstruktur.
PEMBAHASAN
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan masing-masing. Seperti hal nya cara pandang, budaya hidup, buaya hubungan manusia, dan lain-lain. Sistem nilai masing-masing budaya diterapkan sedemikian rupa sehingga sistem nilai suatu budaya berbeda dengan sistem nilai budaya lain. Perbedaan tersebut mendorong masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan di tengah multikulturalisme, sehingga perbedaan tersebut tidak menghalangi rasa persaudaraan. Perbedaan yang ada melebur menjadi satu budaya yang sama, yaitu budaya Pancasila. Budaya Pancasila yang mengajarkan nilai-nilai ketaatan dan keimanan seseorang kepada Yang Maha Esa, menghargai harkat dan martabat orang lain, bersatu walaupun berbeda-beda, berefleksi bermufakat, serta menghargai nilai-nilai keadilan sehingga terwujud persamaan.