Meskipun banyak sekali peringatan tentang bahaya merokok hingga larangan keras mengonsumsi rokok namun, masih banyak orang yang memilih untuk tetap melakukannya. Bahkan, sebagaian pelajar di Indoensia dalam rentan umur 13 sampai 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan ada yang termasuk sebagai pengguna aktif rokok. Apakah anda termasuk salah satu pengguna rokok juga?
Seperti apa sebenarnya bahaya rokok pada tubuh? Sehingga, para medis tidak pernah berhenti menghimbau serta memberi peringatan agar seseorang berhenti dan terbebas dari rokok.
Dalam satu batang rokok ada sekitar 600 bahan yang jika dibakar dapat menghasilkan lebih dari 7.000 bahan kimia. Dimana 70 zat diantaranya beracun bagi tubuh dan bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Komponen dalam sebuah rokok dapat dibagi menjadi 2 bentuk yakni Fase Gas dan Fase Tar (fase partikulat).
Fase Gas adalah fase dimana berbagai gas berbahaya yang dihasilkan melalui asap rokok diantaranya ada CO (carbon monoksida), Benzena, Formaldehida dan Hidrogen Sianida.
CO (carbon monoksida) gas beracun yang mudah berikatan dengan Hemoglobin di sel darah merah. Sehingga, Hemoglobin yang harusnya berikatan dengan O2 (oksigen) justru malah berikatan dengan CO (carbon monoksida). Hal tersebut menyebabkan jaringan tubuh menjadi kekurangan O2 (oksigen) atau dapat disebut Hipoksia. Jika hal tesebut terjadi secara terus menerus maka, dapat menyebabkan kerusakan dinding pembulu darah.
Benzena (C6H6) senyawa yang bersifat Karsinogenik dapat meningkatkan risiko Leukimia atau Kanker Darah. Sementara, Formaldehida (CH2O) menyebabkan iritasi pada mata, hidung serta tenggorokan. Jika terus menerus terpapar zat Formaldehida dari asap rokok maka, menyebabkan risiko Kanker. Selain itu, terdapat Hidrogen Sianida (HCN) gas beracun yang memiliki dampak buruk pada jantung, sistem saraf dan paru-paru.
Setelah Fase Gas, terdapat Fase Tar (fase partikulat) yang memiliki bahaya tersendiri pada rokok. Fase Tar (fase partikulat) merupakan fase residu hasil pembakaran rokok. Tar dapat menempel di paru-paru dan merusak rambut halus di paru-paru (silia). Jika hal tersebut terjadi maka, dapat meningkatkan risiko penyakit paru. Tar juga dapat menempel pada rongga mulut, gigi, ujung jari dan kuku perokok sehingga menyebabkan warna kuning pada permukaannya.
Tar mengandung berbagai senyawa kimia yang sebagian besar terdiri dari Nikotin, Logam berat seperti Nikel, Zat Karsinogenik berbahaya seperti Arsenic.
Nikotin bekerja pada otak merangsang meningkatnya Hormon Adrenalin dan Dopamin yang menyebabkan perokok selalu merasa senang, lebih fokus dan konsentrasi. Ketika perokok berhenti merokok, kedua hormon tersebut berkurang sehingga perokok cenderung merasa cemas, mudah marah-marah serta hilang konsentrasi. Jika hal tersebut terjadi maka, perokok akan merasa terus membutuhkan rokok hingga kecanduan. Hormon Adrenalin juga berperan memacu detak jantung dan merangsang berkelompoknya sel pembekuan darah yang menyebabkan penyumbatan pembulu darah. Apabila penyumbanatan terjadi pada otak maka akan menyebabkan stroke, pada jantung menyebabkan serangan jantung, pada ginjal menyebabkan hipertensi hingga gagal ginjal, pada organ genital menyebabkan impotensi hingga kemandulan, di plasenta pada Wanita hamil akan menyebabkan kelainan pertumbuhan janin, lahir prematur hingga keguguran.
Nah, sekarang jadi tahu kan kenapa para medis selalu melarang agar seseorang tidak mengonsumsi rokok. Kesehatan merupakan tanggung jawab dari masing-masing individu. Jika kita mampu menerapkan gaya hidup sehat, kenapa tidak?
Ditulis oleh : Vita Achmada