Berangkat dari keadaan tersebut sebagai orang tua, kami selalu bercerita kepada anak anak saya yang sekarang tentang perjuangan. Proses kita sebagai orang tua hingga menjadi seperti sekarang dimulai dengan hal yang sangat tidak mudah. Oleh karenanya bila menginginkan sesuatu harus diperhatikan tentang keinginan atau memang kebutuhan.
Kami selalu menekankan untuk selalu mengedepankan kebutuhan bila membeli sesuatu, sekalipun hanya mainan. Kemudian yang tidak kalah penting adalah dasar Agamanya harus kuat agar dapat mengendalikan diri dan selalu menempatkan diri sebagai mahluk Tuhan.
Tentu Langgar tua di kampung itu telah memberikan warna tersendiri bagi kelangsungan hidup kami. Disitu kita mengaji, disitu kita belajar tentang fiqih fiqih sederhana, tata cara sholat, dan muamalah yang lain.
Tentu jauh dari Privilese yang sebenarnya. hanya disini memiliki kesamaan yaitu sebagai anak yang mengalami sesuatu gemblengan dari alam, yang menyandang penderitaan yang jelas ini tidak dimiliki anak-anak yang lain.
Kondisi sekarang berbanding terbalik dengan anak anak saya dirumah. Sebagai orang tua yang lebih mapan dibandingkan dengan masa kecil saya. Â
Anak anak selalu kita ajarkan dengan kesederhanaan, dan Agama selalu menjadi dasar berpijak dalam kehidupan sehari-hari. Ketika anak memiliki dasar agama yang baik maka privilese yang dialami tentu bukan menjadi tolok ukur dalam menempuh kehidupan di masa mendatang.
Penajam Paser Utara (IKN) 15 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H