[caption id="attachment_290816" align="aligncenter" width="593" caption="Dua ekor Panthera leo di KBS (surabaya.tribunnews.com)"][/caption] Michael, singa jantan (Phantera leo) di Kebun Binatang Surabaya (KBS) itu tewas ‘gantung diri’ di seling (tali terbuat dari baja) pintu penutup kandang. Berita menghebohkan itu memantik rasa jengkel, karena matinya singa ini adalah rentetan matinya binatang-binatang koleksi KBS. Sebelumnya sudah terjadi matinya binatang lain, yang hingga kini masih menyimpan misteri.
Kasus ini masih ditangani polisi, terkait adanya kejanggalan-kejanggalan. Disinyalir singa ini dibunuh oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Siapa pihak itu? Mengapa? Memang masih belum ada titik terang, namun anggapan masyarakat luas bahwa kematian beruntun satwa itu terkait dengan ketidakmampuan Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS), perusahaan bentukan pemkot Surabaya dalam mengelola KBS. Sebagian pihak menengarai kisruhnya KBS juga tidak lepas dari masih adanya pengaruh pengelola lama terhadap para karyawan, sehingga diduga mereka melakukan sabotase.
Nah, pemkot Surabaya kebakaran jenggot. Tidak mau dituduh sebagai pihak yang tidak mampu mengelola KBS, serta tidak ingin kematian satwa berlanjut, walikota Surabaya Risma membuat gebrakan. Selain menempatkan petugas satpol PP di lokasi, pada malam hari Risma mengerahkan para pejabat untuk piket, ikut menjaga KBS secara bergiliran. Kebijakan ini sebagai bentuk ikut andarbeni (rasa memiliki) terhadap KBS sebagai ikon Surabaya, hingga suasana KBS kondusif.
Maka tak heran, setiap malam hari di depan KBS akan kita jumpai beberapa mobil plat merah yang parkir. Si empunya, para pejabat pemkot itu duduk lesehan sambil ngobrol ditemani kopi dan kacang goreng. Hem, sampai kapan bos-bos itu miketi satwa? (mr.poor12)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H