Kita tidak bisa menampik fakta, bahwa lingkungan sosial dan kesempatan sangat mempengaruhi bagaimana kedua aspek ini diinterpretasikan dan dijalankan dalam kehidupan seseorang. Salah satu kebijakan yang bisa diambil adalah menggunakan pendidikan untuk memberdayakan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang mungkin tidak kita sadari sebelumnya.
Sementara itu, kita juga harus menghormati mereka yang memilih jalur berbeda dan tetap memberikan kontribusi besar dalam masyarakat. Orang-orang yang memulai usaha dari bawah tanpa pendidikan formal memberikan contoh nyata tentang kekuatan tekad dan kerja keras.
Dalam pandangan Rumi, perjalanan dalam hidup lebih penting daripada perhentian akhir. Ini berarti bahwa proses belajar, berjuang, dan berkembang menjadi lebih penting daripada penanda-penanda kesuksesan material semata. Pemikiran ini membawa kita pada pemahaman bahwa apa yang kita pelajari dari setiap langkah dalam hidup mempengaruhi siapa kita sebenarnya !?
Pendidikan, dalam bentuk apa pun, seharusnya menjadi instrumen untuk memperkaya pengalaman manusia. Ini adalah alat untuk membuka pikiran kita terhadap ide dan perspektif baru yang memampukan kita untuk beradaptasi dalam situasi dan tantangan yang berbeda.
Maka, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana kita mengukur keberhasilan? Apakah dengan banyaknya angka di rekening bank kita, atau dengan seberapa dalam kita mengerti arti keberadaan kita di dunia ini? Kita perlu merenungkan kembali bagaimana mendefinisikan 'kekayaan' dalam hidup kita.
Untuk itu, kita harus menyerap kebijaksanaan dari berbagai sumber dan memahami bahwa jalan menuju sukses tidaklah satu arah. Kesuksesan bisa datang dalam berbagai bentuk, dan tidak selalu dengan cara-cara konvensional yang selama ini kita yakini.
Ibn Arabi mengatakan bahwa setiap langkah menuju pengetahuan adalah langkah menuju Tuhan. Dalam konteks ini, pengetahuan dan pendidikan bisa menjadi jalan kita untuk menemukan makna yang lebih dalam dan tujuan yang lebih luhur dalam hidup.
Oleh karena itu, penting untuk terus membuka diri terhadap pengalaman baru dan menyeimbangkan antara kecerdasan emosional dan intelektual. Kita harus mampu melihat setiap situasi, tidak hanya sebagai tantangan tetapi juga sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.
Kita harus menerima bahwa kehidupan adalah serangkaian pembelajaran yang tiada henti, di mana kita bisa mendapatkan pelajaran dari semua aspek, baik dari pendidikan formal maupun dari pengalaman nyata di luar kelas.
Pada akhirnya, memahami paradoks dalam hidup ini adalah memahami bahwa kita masing-masing memiliki jalan kita sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana kita memanfaatkan setiap pengetahuan, pengalaman, dan kesempatan untuk terus berkembang dan berbagi dengan orang lain. Hanya dengan membuka pikiran dan hati kita, kita akan menemukan kebijaksanaan sejati di tengah-tengah paradoks kehidupan ini !? Wallahu A'lamu Bishsawwab.
Bekasi, 10 Oktober 2024.