Oleh. Muhammad Eko Purwanto
Ketika berbicara tentang mengejar karier, sering kali kita dihadapkan pada tantangan mental yang bercokol dalam bentuk ketakutan dan kecemasan. Pikiran-pikiran ini bagaikan bayang-bayang yang terus menghantui langkah kita, menghalangi diri untuk berkembang dan mencapai potensi penuh.Â
Dalam situasi ini, kita diharuskan tidak hanya memahami ketakutan kita, tetapi juga melampauinya. Meminjam kata-kata bijak dari Rumi, seorang sufi terkenal, "Tugasmu bukanlah mencari cinta, melainkan hanya mencari dan menemukan semua penghalang dalam dirimu yang telah kau bangun untuk melawannya." Begitu pula, tugas kita adalah untuk mencari dan menaklukkan semua tembok ketakutan yang kita bangun dalam pikiran kita sendiri terkait karier !?
Ketakutan pada kegagalan, ketidakpastian, dan penilaian orang lain adalah beberapa faktor utama yang sering mengganggu kesejahteraan mental kita dalam dunia kerja. Ketika kita membiarkan pandangan negatif ini mendominasi, kita menyerahkan kendali hidup kita kepada kekuatan eksternal yang tidak seharusnya memiliki kuasa atas kebahagiaan kita.Â
Albert Camus pernah mengatakan, "Kehidupan dihadapkan pada absurditas, tetapi kita harus menemukan kebahagiaan di dalamnya." Kita harus menyadari bahwa ketidakpastian merupakan bagian dari eksistensi manusia yang absurd, dan daripada melawannya, kita bisa menemukan kebahagiaan dengan menerima dan mengatasinya.
Filsafat perilaku manusia, terutama yang berkembang dari pemikiran peripatetik para filosof Muslim seperti Al-Farabi dan Ibn Sina, menekankan pentingnya akal dan logika dalam menghadapi ketakutan tersebut. Al-Farabi berbicara tentang 'kebajikan intelektual', yaitu kemampuan untuk berpikir rasional dan mengambil keputusan berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.Â
Dalam konteks karier, ini berarti menganalisis ketakutan dengan cara yang logis dan rasional sehingga kita dapat membedakan antara ancaman nyata dan kekhawatiran yang dibesar-besarkan.
Ibn Sina, dengan pemikirannya yang meluas tentang jiwa, juga menyumbangkan pemahaman penting tentang kesehatan mental. Menurutnya, kesehatan mental dan fisik harus dipandang sebagai satu kesatuan, dan kita harus menjaga keseimbangan antara keduanya untuk mencapai kehidupan yang memuaskan. Dengan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu istirahat, serta mencari dukungan dari lingkungan sosial kita, kita dapat mengelola kecemasan karier dengan lebih baik. Seperti air yang mengalir melewati bebatuan, kita juga harus belajar untuk mengalir melewati ketakutan yang menghadang tujuan kita.