Oleh. Purwalodra
Pada tulisan sebelumnya, saya mencoba mengupas sekilas, bahwa ego yang sehat dapat membantu bisnis dalam banyak cara. Pimpinan perusahaan yang memiliki ego yang sehat, akan memiliki keyakinan diri dan kepercayaan pada diri sendiri. Hal ini sangat penting dalam membuat keputusan yang baik, sekaligus juga mampu mengambil risiko yang diperlukan untuk mengembangkan bisnisnya. Seorang pengusaha dengan ego yang sehat akan cenderung lebih percaya diri dalam merencanakan strategi bisnis dan mengambil keputusan yang tepat, dengan penuh empati, dan tanpa menyakiti karyawannya.
Selain itu, menurut Srinivasan dan Hanssens (2009), dalam jurnalnya yang berjudul, Marketing and firm value: Metrics, methods, findings, and future directions, menjelaskan bahwa memiliki ego yang sehat juga dapat membantu dalam membangun merek yang kuat. Pengusaha dengan ego yang sehat akan percaya bahwa produk atau layanan mereka adalah yang terbaik di pasaran dan akan berusaha untuk mempromosikan merek mereka dengan maksimal. Hal ini dapat membantu dalam meningkatkan kesadaran merek dan membuat merek produk yang dibuat, dikenal oleh lebih banyak orang.
Tidak hanya itu, menurut Toma dan Hancock (2013), dalam jurnal yang berjudul, Self-affirmation underlies Facebook use, menyatakan bahwa ego yang sehat juga dapat membantu dalam memotivasi anggota tim dan karyawan. Seorang pemimpin dengan ego yang sehat akan cenderung menjadi teladan bagi karyawan maupun timnya, dan akan mendorong mereka untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini dapat membawa semangat dan kepercayaan diri yang positif ke dalam tim dan membantu mencapai kesuksesan yang lebih besar.
Dalam tulisan saya yang berjudul, "Ketika Ego Menyelimuti Sikap dan Tindakan Kita," saya katakan bahwa untuk membangun ego yang sehat dalam bisnis, pertama-tama kita harus memahami bahwa ego yang sehat bukanlah tentang menjadi arogan atau meremehkan orang lain. Memiliki ego yang sehat itu adalah ketika kita berpengetahuan bisnis yang cukup, mempunyai keyakinan dan kemampuan untuk menghargai kompetensi orang lain, meskipun kompetensinya bukan dalam bidang bisnis, atau dengan kata lain, kita harus memiliki emphati.
Salah satu cara untuk membangun ego yang sehat adalah dengan selalu belajar dan meningkatkan kemampuan kita. Ini bisa dilakukan dengan mengambil kursus, membaca buku, atau bahkan hanya dengan mengamati dan belajar dari orang-orang di sekitar kita. Selain itu, penting untuk mempertahankan sikap positif dan menghindari sikap yang cenderung membanding-bandingkan atau membuat penilaian yang merugikan hubungan antara atasan dan bawahan.
Jangan pernah membandingkan diri kita dengan orang lain, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Fokuslah pada kemampuan dan pencapaian tujuan usaha yang kita kelola, tim dan karyawan. Jangan merasa rendah dan takut untuk meminta bantuan atau masukan dari bawahan kita. Sikap dan perilaku ini menunjukkan, bahwa kita menghargai pendapat mereka, dan ingin belajar lebih banyak dari bawahan kita. Kolaborasi dan dukungan antara atasan dan bawahan dapat membantu memperkuat ego kita dan membangun hubungan yang sehat.
Para ahli psikologi bisnis telah lama memperhatikan peran ego dalam kesuksesan bisnis. Menurut mereka, ego yang sehat adalah kunci untuk meningkatkan kinerja bisnis dan meraih sukses yang berkelanjutan. Beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan dalam memahami pentingnya memiliki ego yang sehat dalam bisnis, antara lain:
- David McClelland, seorang psikolog bisnis terkenal, menemukan bahwa pemimpin yang memiliki ego yang sehat lebih mampu mengatasi tantangan dan mengambil risiko yang diperlukan untuk mencapai tujuan bisnis yang sulit.
- Dalam bukunya "Good to Great", Jim Collins menunjukkan bahwa pemimpin hebat memiliki kombinasi yang tepat antara kepercayaan diri dan kerendahan hati. Mereka memiliki keyakinan kuat dalam kemampuan mereka sendiri, tetapi juga mampu mengakui kelemahan dan kekurangan mereka sendiri.
- Robert Hogan, seorang psikolog terkenal, menemukan bahwa pemimpin yang memiliki ego yang sehat, lebih mampu menarik dan mempertahankan karyawan yang berbakat. Mereka juga lebih mampu membangun tim yang kuat dan menciptakan lingkungan kerja yang positif.
Selanjutnya, tulisan saya sebelumnya juga mengatakan, bahwa ego seringkali dianggap sebagai karakteristik yang negatif. Banyak orang menganggap, bahwa orang yang memiliki ego yang besar cenderung arogan dan tidak mampu bekerja sama dengan orang lain. Namun, sebenarnya, ada perbedaan yang signifikan antara ego yang sehat dan arogan.
Menurut chrismyers (2018), dalam jurnalnya berjudul, The Difference Between Healthy Ego And Unhealthy Ego in Business, menjelaskan bahwa ego yang sehat terealisasi menjadi keyakinan dan kepercayaan diri, pada kemampuan dan pengetahuannya, guna mewujudkan tujuan bersama yang telah dirumuskan bersama. Ego yang sehat juga memungkinkan seseorang untuk berani  mengambil risiko yang diperlukan dalam bisnis dan membuat keputusan yang tepat dengan percaya diri. Sementara, arogan adalah ketika seorang pengusaha merasa lebih unggul dari orang lain dan berpikir, bahwa ia tidak memerlukan bantuan atau saran dari orang lain, lebih-lebih dengan bawahannya. Ingat, bahwa karyawan atau bawahan dapat menyebabkan masalah yang serius terhadap bisnis yang dikelola.
Pada akhirnya, seorang pengusaha perlu memahami perbedaan antara ego yang sehat dan arogan dalam bisnis. Dengan memiliki ego yang sehat, seorang pengusaha dapat mempertahankan kepercayaan diri yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam bisnis, sambil tetap terbuka terhadap masukan dan kritik yang membangun. Wallahu A'lamuy Bishshawwab.