JAKARTA – Hampir setiap tahun, sebagian besar masyarakat kita yang beragama muslim akan disibukkan dengan ritual tahunan, Mudik.
Dari berbagai data yang dirilis baik oleh Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) maupun Kementrian Perhubungan, jumlah pemudik tahun 2010 diperkirakan mencapai 15 hingga 17 juta orang. Dari jumlah tersebut, 7,2 juta di antaranya menggunakan sepeda motor, 2,6 juta menggunakan mobil, 1,97 juta dengan pesawat terbang, 3,07 juta orang dengan kapal, 4 juta orang dengan Kereta Api, dan selebihnya menggunakan bus umum.
Pergerakan manusia besar-besaran dalam waktu bersamaan ini tentu diikuti dengan perputaran ekonomi yang besar pula, karena hampir 56 persen penduduk di kota-kota besar melakukan ritual tahunan ini. Berdasarkan tren perhitungan BI, jumlah uang yang beredar sampai H-3 lebaran mencapai Rp280 triliun.
Dari jumlah tersebut jika dihitung proporsi komponen konsumsi masyarakat sekitar 56 persen (C) maka didapatkan angka 168 triliun yg beredar di rumah tangga,
“Dengan demikian jika jumlah pemudik itu mencapai 56 persen penduduk kota, maka diperkirakan 80,9 triliun itu akan mengalir dari para pemudik,”terang Direktur Dompet Dhuafa, M Arifin Purwakananta di Jakarta, (27/8).
Arifin menambahkan, dana yang cukup besar itu mengalir melalui transportasi yang digunakan pemudik, karitas /kedermewanan kepada sanak family, bahkan untuk leisure atau wisata.
“Bahkan jika tidak mudik sekalipun, komponen kedua, yaitu karitas kepada keluarga dalam bentuk transfer misalnya,” tambah Arifin.
Sayangnya, apakah angka ekonomi mudik yang sangat besar ini, 80,9 triliun, menjadi efektif untuk stimulus ekonomi daerah tujuan?Untuk itu, Dompet Dhuafa, melalui Divisi Advokasi mencoba mencari jawabannya melalui survey ekonomi mudik untuk melihat berapa besaran uang yang bisa dialirkan ke daerah.
“Dari survey itu akan diketahui, berapa uang yang tercecer di jalan melalui transportasi, berapa yang dibelanjakan untuk konsumsi dan berapa rupiah yang diberikan kepada sanak saudara. Berapa yang masuk ke kas Negara melalui pajak tiket dan BBM, berapa yang masuk ke sektir swasta melalui biro perjalanan dan berapa rupiah yang benar-benar berputar di daerah,” jelas Manager Advokasi Dompet Dhuafa, M Sabeth Abilawa.
Dari sekitar 17 juta pemudik, sebanyak 500 responden akan diambil secara random dari startifikasi moda transportasi yang digunakan oleh pemudik. Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Republika an RRI yang mendirikan Pos Mudik di sepanjang jalur mudik, stasiun, terminal dan bandar udara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H