Mohon tunggu...
Pipin Arifin
Pipin Arifin Mohon Tunggu... -

Saya merupakan staf pengajar di SMA BPK Penabur tasikmalaya dan SMP Islam Al-azhar 30 tasikmalaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adat Timur yang Mulai Luntur

22 April 2014   16:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini saudara kita yang ada di seberang sana sedang harap-harap cemas. Bagaimana tidak, kematian yang selama ini menjadi rahasia tuhan kini bagi dia sudah bukan rahasia lagi, seolah-olah nyawanya ditentukan oleh masyarakat Indonesia yang peduli dan perhatian pemerintah pada kasusnya. Jika uang diyat yang ditawarkan keluarga korban sebesar 7,5 juta riyal atau 25 milyar tidak terpenuhi, maka sebentar lagi dia akan meninggalkan dunia ini untuk selamanya, hukuman pancung sudah diambang pintu, tepat tanggal 3 april akan di eksekusi. Adalah satinah TKI asal ungaran kab semarang yang divonis hukuman mati oleh pengadilan Arab Saudi, karena terbuktimembunuh majikannya Nura al-gharib. Hal itu bukan tanpa sebab, dia mengalami penyiksaan yang cukup parah selama bertahun-tahun.

Satinah hanyalah “fenomena gunung es” yang terjadi di arab Saudi. Menurut data kementrian luar negeri, ada 39 TKI di sana yang terancam hukuman mati. Itu artinya masih banyak satinah-satinah lain yang “mengantri” di tiang gantungan. Sebelum satinah, ada Ruyati TKI asal Bekasi, Jabar yang telah di eksekusi mati (pancung) akibat kasus yang sama. Kalau kita perhatikan lebih detail, dari kasus-kasus pembunuhan yang melibatkan para TKI, itu terjadi semata-mata bentuk proteksi dirinya dari kekerasan yang dilakukan majikan, atau dengan kata lain itu terjadi dari kekesalan yang terakumulasi. Menurut data badan nasional penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia (BNP2TKI), dari total 45.394 TKI yang ditempatakan di Arab Saudi sekitar 3.769 bermasalah. Masalah itu terkait dengan gaji yang tidak dibayarkan, penganiyaan, pelecehan seksual (pemerkosaan), hingga terjadinya pembunuhan. Pemerintah seyogyanya buka mata pada kasus ini, jangan hanya penerimaan devisa yang diperhatikan. Pada beberapa kasus, pemerintah terlambat menanganinya. Kasus satinah misalnya terjadi pada tahun 2007 namun baru dua tahun kemudian pemerintah bergerak, apalah arti 21 milyar jika dibandikan dengan perjungan mereka dalam berkontribusi untuk pembangunan bangsa, tercatat kurang lebih 120 trilyun tiap tahunnya uang mengalir dari para pahlawan devisa.

Arab Saudi merupakan Negara yang penduduknya mayoritas menganut agama islam, sama halnya dengan Indonesia. Bahkan di sana merupakan tempat berkumpulnya umat islam sedunia untuk melaksanakn ibadah haji, karena terdapat kota Mekkah dan Madinah (tempat lahirnya para nabi dan rasul) yang menjadi simbol kesucian. Lalu kenapa masyarakatnya begitu bengis dan sadis terhadap para pekerja Indonesia yang notabene menganut agama yang sama? Di Negara lain, contohnya Hongkong mereka memperlakukan pekerjanya dengan manusiawai, bahkan di berikan fasilitas yang membuat TKI betah kerja disana. Apa mereka lupa akan konsep “adat ketimuran” yang selalu menekankan akan pentingnya saling menghargai, menghormati, dan toleransi? Atau sengaja melupakan “warisan” Rasulullah SAW akan pentingnya menjaga tali persaudaraan? Saya yakin seandainya para rasul dan sahabat melihat fenomena ini, mereka akan sangat sedih bahkan mencucurkan air mata, karena melihat perpecahan pada ummatnya, dan yang lebih menyedihkan lagi terjadi di Negara suci tempat kelahirannya.

Dalam islam terdapat tiga konsep persaudaraan yang sepatutnya menjadi pegangan setiap muslim. Yaitu ukhuwah islamiah, ukhuawah wathaniah, dan ukhuwah insanniyah. Ukhuwah islamiyah merupakan persaudaraan atas dasar kesamaan dalam memeluk agama (islam). Siapapun dia, dari Negara mana, dan suku/ras nya apa kalau dia muslim itu saudara kita. Dalamsebuah hadist dikatakan muslim yang satu dengan muslim yang lainnya ibarat satu anggota tubuh, apabila satu bagian tubuh merasakan sakit, maka yang lainpun akan ikut merasakan. Tapi coba kita ingat-ingat kembali ketika palestina digempur habis-habisan oleh Israel, apa peran timur tengah (khusunya yang tergabung dalam liga arab) dalam memecahkan masalah ini, pedulikah mereka akan nasib saudaranya sendiri? Gejolak politik yang terjadi di timur tengah seperti di Suriah, Mesir, Libya, dan sebagainyamerupakan cambuk kecil atau peringatan dari tuhan. Yang kedua ukhuwah wathaniah, persaudaraan atas dasar berbangsa dan bernegara (satu bangsa). Tidak penting dia dari suku mana dan agama apa yang dianutnya kalau dia satu bangsa (berkewarga negaraan sama) tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghargai dan menghormatinya. Yang terakhir ukhuwah insanniyah, yaitu persaudaraan atas dasar nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini tidak memandang perbedaan (Ras, suku, bangsa, maupun agama) karena pada prinsipnya kita terlahir sama, lahir dari Rahim seorang ibu yang merupakan manifestasi dari siti hawa. Saya sangat mengepresiasi Negara-negara barat yang saling bahu membahu membantu Negara-negara timur ketika megalami musibah.

Setiap kejadian pasti ada hikmah yang terkandung. Dengan masalah ini kita menjadi bersatu, peduli, bahu membahu mengumpulkan dana untuk satu nyawa. Karena persolan ini bukan hanya maasalah antar TKI dengan majikannya tapi juga menyangkut harga diri bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun