.....
Esoknya...seperti biasa, Amel dan Elena pergi ke kantin bersama-sama. Saat di perjalanan menuju kantin, ada Vina dan gengnya. Vina dan gengnya adalah geng pembully di sekolah, selama ini belum ada siswa yang berani melawan Vina dan kawan-kawan.
"Hei Gendut..licik sekali kamu, mendekati orang kaya untuk dimanfaatkan." "Tau apa kamu tentang pertemanan ku dengan Elena?" Tanya Amel.
"Aku tau banyak ya, orang seperti mu itu selalu mendekati orang yang kaya untuk dimanfaatkan. Heh Elena, bertemanlah dengan ku, kau pasti tidak akan menyesal."
"Astaghfirullah Vina, kamu tuh apa-apaan sih, kamu tidak boleh berbicara seperti itu ke Amel. Amel tidak pernah memanfaatkan aku, Amel sangat tulus berteman denganku."
"Cih..kamu ngerti apa tentang si gendut bodoh itu? Kamu kan murid pindahan, kamu baru kenal dia. Kamu tuh ga tahu jeleknya Amel. "
"Kamu siapanya Amel? Kok ngomongin keburukan Amel, seolah-olah kamu keluarganya Amel. Terus mengapa kamu memanggil Amel dengan sebutan 'si gendut bodoh'."
"Lah, itu kan kenyataannya, Amel tuh gendut dan bodoh." Jelas Vina.
"Vin, kamu tidak boleh berbicara seperti itu, Allah menciptakan manusia itu sempurna walaupun pasti ada kekurangannya. Begitu juga dengan Amel, dia tidak bodoh, dia memiliki banyak kelebihan yang kamu tidak tahu. Bahkan mungkin lebih dari yang kamu pikirkan. Kamu merasa diri kamu sempurna?."
"Halah sok suci...kamu dan Amel kan beda kasta, kamu kan orang kaya, sedangkan Amel kamu tahu sendiri kan.."
"Vina, aku dan Amel sama saja, tidak ada bedanya, sama sepertimu."