Mohon tunggu...
Irvan Deni
Irvan Deni Mohon Tunggu... Administrasi - sharing to be better

Sharing and carrying in the purple light ......

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Tubuh dan Pikiran Tidak Sinkron

21 Oktober 2019   09:38 Diperbarui: 15 April 2021   11:15 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia pasti memiliki masalah yang terjadi di dalam hidupnya, baik itu masalah yang telah terjadi ataupun masalah yang akan dihadapi, dan setiap masalah itu pasti akan menimbulkan beban di dalam otak dan pikirannya.

Akibat dari permasalahan hidup tersebut akan membuat pikiran dan mental menjadi sangat lelah, hingga mengakibatkan fisik juga nampak lelah, bahkan akan menimbulkan berbagai penyakit.

Banyak orang yang sanggup untuk melawannya tanpa adanya bantuan dari orang lain, tapi banyak pula yang memerlukan bantuan dari orang lain dalam hal ini bantuan datang dari Dokter ataupun dari ahli terapis.

Akibat dari permasalahan itu adanya beban di dalam pikiran, semakin besar beban itu semakin besar juga permasalahan diri yang akan dihadapi.

Jadi sebaiknya beban itu harus segera dihilangkan, jangan ditumpuk, dan dibiarkan, selama masih hidup akan ada terus permasalahan dan beban yang akan dihadapi, karena itu sebisa mungkin setiap adanya beban di pikiran harus segera dikurangi atau dihilangkan. Setiap adanya beban di pikiran maka otak akan mengirimkan signal ke pada tubuh, dan itu dapat dirasakan dengan rasa lemas dan letih di seluruh tubuh.

Tetapi ada kalanya ketika pikiran lelah meminta tubuh kita untuk beristirahat tetapi mendapatkan perlawanan dari tubuh yang tidak bisa diajak untuk beristirahat dan tidur lelap, sehingga otak dan tubuh menjadi satu kesatuan yang bertolak belakang, ini yang menjadi permasalahan dan mengganggu kita.

Sebagian orang bisa kembali mensinkronasikan pikiran dan tubuhnya dengan jalan mendekatkan diri kepada sang Pencipta atau ke-agamaan yang dia anut, dan sebagian lagi dengan mengunjungi dokter atau ahli terapis.

Mengunjungi dokter atau ahli terapis sering dianggap bahwa penderita mengalami sakit jiwa, sehingga banyak yang merasa malu dan enggan untuk mengunjungi ahl terapis atau dokter, padahal tidak selalu orang yang mengalami beban di pikiran dianggap sebagai orang yang memiliki sakit jiwa.

Ada kalanya ketika kita sharing dengan orang terdekat atau keluarga terdekat itu hanya mengeluarkan isi hati, tetapi tidak dapat menghilangkan perasaan beban di dalam pikiran. Untuk menghilangkan beban-beban tersebut ada baiknya segera menghubungu ahli terapis atau Dokter.

Tidak harus selalu Rumah Sakit tetapi banyak klinik-klinik yang dapat membantu untuk mengurangi beban di dalam pikiran, tetapi harus diingat bukan terapis atau Dokter yang akan menyembuhkan beban di pikiran tersebut, tetapi diri si penderita sendiri yang akan menyembuhkan, dimana dia harus dapat konsisten untuk menerapkan terapi-terapi yang akan dilakukan sendiri di rumah atau ketika sendiri, dokter atau terapis hanya memberikan jalan dan solusi. Sedangkan penyembuhan tergantung kepada niat si penderita dalam menjalankan terapi-terapi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun